Pasukan
bersenjata Iran menangkap 11 orang Kristen saat sedang melakukan ibadah di
sebuah gereja di kota Isfahan pada 12 Agustus 2016 silam. Seorang saksi mata menjelaskan, mereka ditangkap
oleh sekelompok pasukan bersenjata dan dipaksa masuk ke mobil. Para pelaku juga menyita buku-buku Kristen dari gereja.
Menurut laporan dari Dewan Nasional Bidang Pertahanan Iran, status para korban masih belum diklarifikasi oleh pemerintah Iran.
Sementara di Natal tahun lalu, agen Intelijen dan Keamanan Iran (MOIS) juga menangkap sekelompok orang Kristen yang tengah merayakan hari besar keagamaan tersebut di sebuah gereja di kota Shiraz. Mereka menggerebek gereja, menggeledah, dan menyita satelit elektronik dan barang-barang pribadi lain.
Terkait penganiayaan
besar ini, sebanyak 80 gereja Amerika dan Inggris memberikan dukungan perlawanan
terhadap perlakuan keji yang dialami kaum minoritas di Iran. Hampir semua dari gereja
menyerukan pandangan yang sama bahwa penindasan terhadap kaum minoritas di Iran semakin memburuk sejak presiden Hassan Rouhani menjabat.
“Dengan keadaan
seperti ini, kita memanggil semua negara-negara Barat untuk mempertimbangkan situasi
perlakuan terhadap Hak Asasi Manusia di Iran. Khususnya situasi menyakitkan yang
dialami umat Kristen dan penindasan yang mereka terima,” terang seorang pemimpin gereja dalam pernyataannya.
Dia menyerukan
untuk meningkatkan syarat kerjasama dengan negara tersebut dengan menghentikan penindasan dan pembunuhan terhadap umat Kristen.
Keberadaan kaum minoritas di Iran semakin terancam sejak timbulnya protes besar akibat ketidakpuasan rakyat kepada rezim pemerintahan Rouhani. Data terbaru saat ini memperkirakan bahwa umat Kristen Iran mencapai 1 juta jiwa.
Sumber : Christiandaily.com/jawaban.com/ls