Yesus dikenal
sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di dalam sejarah. Karena dalam
beberapa hal Ia adalah manusia, tetapi di sisi lain Dia lebih dari sekedar seorang
pribadi. Dia memilih 12 orang biasa untuk menjadi murid-Nya lalu memulai sebuah
revolusi yang menghantarkan kita hingga saat ini sebagai orang-orang yang percaya kepada Kristus.
Terobosan yang dilakukan Yesus memang tidak mudah. Kerap kali, Dia harus menantang etika dan norma-norma dalam masyarakat Yahudi yang bahkan seluruh dunia menerapkannya.
Ada 4 aturan fenomenal yang diubahkan Yesus di tengah tradisi yang dipercaya orang Yahudi.
#1 Mengasihi Musuh
Dalam
budaya yang mengusung prinsip ‘saya menantang dunia’, Yesus menyampaikan dalam Matius
5: 43-44, “Kamu telah mendengar firman:
Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu:
Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Ayat di
atas mengingatkan kita untuk memberkati orang yang bukan hanya pernah berbuat baik kepada kita, tetapi juga mereka yang memfitnah atau menyakiti kita.
Di
jamannya, Yesus mencoba meruntuhkan budaya orang Yahudi yang hanya melakukan kebaikan
kepada orang yang melakukan kebaikan saja. Dia datang dan memanggil mereka untuk
mengasihi para pemungut cukai, kafir, orang berdosa dan bahkan pemerintah Romawi.
#2 Makna Hari Sabat
Hari Sabat dibuat
untuk manusia, bukan manusia untuk hari Sabat. Sebelum kedatangan Yesus, orang-orang
Yahudi hanya mengikuti tradisi dan hukum karena mereka diperintahkan oleh hukum
yang tertulis. Namun setelah kedatangan-Nya, Yesus mencoba mengubah paradigma orang
Yahudi bahwa tujuan Allah menetapkan hukum adalah untuk kesejahteraan umat-Nya dan
membuat setiap orang semakin mengenal Allah. Dan itulah tanggung jawab dan hak istimewa yang seharusnya dipahami oleh orang-orang Yahudi.
#3 Menghukum bukan Mengutuki Orang yang Bersalah
Ketika Yesus
berdiri di depan wanita yang dituduh berzinah, Dia berkata, “Akupun tidak
menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”
(Yohanes 8: 11) Tindakan Yesus tersebut dianggap sesuatu yang berlum pernah terjadi karena hal itu menunjukkan belas kasihan.
Allah menyampaikan
dalam Hosea 6: 6 bahwa, “Sebab Aku
menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan
Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.” Hukuman adalah sesuatu yang penting,
begitu juga dengan kedisiplinan. Tetapi jika kedua hal itu tidak menggambarkan kasih dan kemurahan Tuhan, maka kita telah kehilangan inti dari dua hal itu.
#4 Selalu Mengampuni
Petrus berpikir
bahwa dia hanya akan mengampuni sebanyak tujuh kali. Tetapi hal itu bukan
standar yang dibuat oleh Tuhan karena Dia ingin kita mengampuni sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali.
“Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata
kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh
kali.” (Matius 18: 22)
Pada
akhirnya kita dimampukan untuk bisa mengampuni orang lain karena Tuhan sudah
terlebih dahulu mengampuni kita dari semua hutang dosa, dan sebagaimana Dia telah
menganugerahkan kasih dan rahmat-Nya, Dia juga ingin agar kita berjalan di
dalam anugerah yang sama.