Mari Belajar Dari Domba Yang Bodoh
Sumber: Tccsantacruz.org

Kata Alkitab / 7 July 2016

Kalangan Sendiri

Mari Belajar Dari Domba Yang Bodoh

Mega Permata Official Writer
4321

Dahulu kala di suatu desa terpencil, tinggallah salah satu keluarga yang takut akan Allah, mereka sepasang suami istri yang cukup setia dan  bersukacita melayani Tuhan. Tetapi mereka dikejutkan dengan kematian anak tunggalnya yang begitu cepat meninggalkan dunia. Mereka pun kecewa, berduka dan sedih berkata, “Mulai sekarang kami berdua tidak mau melayani Allah lagi. Kami telah setia melayani-Nya, Dia bukan saja tidak memberkati, malah membuat anak kami mati”. Demikianlah mereka menjalani kehidupan mereka sehari-hari dengan bersungut-sungut, berkesal hati, penuh marah dan sewenang-wenang. Mereka menjadi sepasang suami istri yang tidak lagi seperti dahulu. Mereka menjauhi Tuhan hingga 9 tahun lamanya.

Hingga pada suatu hari, saat si suami berada di hutan, terlihatlah ada seseorang gembala domba yang sedang sibuk menyeberangkan kawanan dombanya melewati sebuah anak sungai.  Di masa itu, sungai-sungai tidak memiliki jembatan yang layak seperti sekarang ini, di anak sungai itu hanya ada papan-papan melintang menghubungkan kedua tepi. Bagi kita manusia, jembatan itu akan mudah dilalui tetapi bagi hewan khususnya domba akan sangat sulit sekali berjalan di atasnya. Lagipula domba adalah hewan penakut dan bodoh. Sebab itu sesekali si gembala mencambuk dan mendorong mereka, tetapi mereka tetap tidak berkutik dan tidak berani menyeberang.

Gembala yang kelelahan dan kehabisan ide bagaimana domba-dombanya menurut, maka ia mencoba mengambil seekor domba kesayangan induk dombanya yang kemudian digendonglah domba kecil itu dan berhasil menyebrangi jembatan tersebut. Sang induk yang melihat anak kesayanganya berhasil, segeralah induk domba dan kawanan lainnya mencoba memberanikan diri melewati jembatan itu. Sebagai induk domba ia memberanikan diri menempuh bahaya untuk mengikuti anaknya.

Apa yang dilihat oleh si suami ini, segeralah ia berkata, “Cukuplah”.  Ia merasakan terbangun dari tidur panjangnya atas kasih Tuhan. Dan beberapa hari kemudian ia bersaksi, ”Karena Allah tidak menghendakiku tertinggal di seberang sungai ini, maka Dia telah membawa anakku menyeberang lebih dulu. Domba yang begitu bodoh itu saja mengetahui dan akhirnya memberanikan diri untuk menyebrang, dan mengapa aku masih saja berlambat-lambat dan tidak mau segera menolong?”. Ya, itulah cara Tuhan. Kita harus tetap setia dalam perkara kecil hingga besar di dalam nama-Nya. Lukas 6:10 dikatakan, ”Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” 

Sumber : Jdsb.blogspot/Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami