Menjelang
perayaan Paskah, dalam minggu suci, umat Katolik Filipina memiliki ritual
mengunjungi tujuh gereja untuk berdoa. Kamis Putih atau Jumat Agung adalah waktu
mereka melaksanakan Visita Iglesia. Perayaan ini diperkenalkan pertama kali
oleh para misionaris Agustin pada tahun 1560-an. Angka tujuh melambangkan hari penciptaan dan luka kudus.
Saat
menziarahi ketujuh gereja ini sangatlah mudah dan memakan waktu yang cukup
singkat karena gereja-gereja ini saling berdekatan dan mudah dijangkau. Salah
satunya adalah Gereja Quaipo atau disebut juga dengan “The Minor Basilica of
the Black Nazarene”. Gereja ini terkenal karena patung Yesus yang dinamai
“Black Nazare”. Patung ini dibuat oleh seniman asal Meksiko, dibawa ke Manila
sejak tahun 1606. Awalnya, patung ini berada di kawasan Intraumuros lalu
dipindahkan ke Gereja Quaipo pada tahun 1790-an sebelum gereja ini terbakar untuk kedua kalinya.
Persis
di samping Plaza Lorenzo Ruiz, berdiri pula Gereja Binondo atau dikenal juga
dengan nama gereja Minor Basilica of St. Lorenzo Ruiz. Lokasi ini terletak
tidak jauh dari tepi jalan Quintin Paredes Manila. Berdiri memandang bangunan
gereja yang dibangun sekitar 1596 itu, serasa memandang bangunan tua di
Spanyol. Material ekspos berupa batu alam dan batu bata yang terlihat lapuk.
Meski bangunannya sudah terlihat tampak using, namun gereja bersejarah ini
sesungguhnya begitu enawan pada masanya. Pintu besi gereja itu berhiaskan
kaca-kaca patri nan antic. Kendati sisi luarnya tampak lawas, ruangan dalamnya
sungguh berbeda karena sudah banyak mengalami perubahan. Gereja ini menjadi
bukti sejarah pengeboman pada masa Perang Dunia II Tahun 1944. Saat pengeboman
itu, gereja ini separuhnya hancur dan hanya bagian depan gereja saja yang tersisa utuh.
Gereja
lainnya adalah Gereja Sa Agustin yang kini diperdayakan sebagai museum. Gereja
ini juga memiliki keunikannya tersendiri, dimana terdapat sebuah lonceng
raksasa seberat 3.400 kilogram di salah satu menaranya. Namun pada tahun 1863,
gempa mengakibatkan menara itu hancur dan juga kebakaran, sehingga
menghancurkan sebagian besar keaslian gereja tua itu. Tangga gereja dibuat dari
granit abu-abu mirip seperti anak tangga di Hogwarts dalam film Harry Poter.
Atas nilai sejarahnya yang begitu tinggi, Gereja San Agustin ditetapkan oleh
pemerintah Manila sebagai National Historical Landmark pada tahun 1976 dan sebagai bangunan yang dilindungi oleh UNESCO pada tahun 1993.
Saat
melangkah menyusuri Intramuros, kawasan tua tempat gereja San Agustin berada.
Intramorus dibangun pada 1671, salah satu bukti bangsa Spanyol menjajah
Filipina. Sebelum Perang Dunia II, masyarakat Manila menjalani Visita Iglesia
hanya di dalam Intramuros. Mereka tidak perlu berjalan jauh untuk mengunjungi tujuh gereja tersebut.
Ada
pula gereja yang tersohor lainnya, yaitu Gereja Katedral Manila, yang disebut
juga dengan Manila Metropolitan Cathedral Basilica atau Cathedral Basilica of
the Immaculate Conception. Gereja ini diresmikan pada tahun 1571 dan dalam
naungan kubah agungnya, terdapat makam para pejabat gereja dan juga menjadi
peristirahatan terakhir dari Carlos P Garcia, Presiden Filipina ke-8 yang wafat tahun 1971, Corazon C. Aquino presiden Filipina ke-11 pada tahun 2009.
Langkah
berikutnya, Gereja Malate. Gereja ini terbilang memiliki bentuk yang hampir
mirip dengan gereja-gereja sebelumnya., berlanggam barok yang populer pada
tahun 1660-an di Eropa. Melalui Spanyol ciri khas ini pun hadir di Manila.
Tampak meja altar dan patung pelindung Nuestra Senora de los Remedios, altar dan patung dibawa langsung dari Spanyol pada abad ke-17.
Gereja
lainnya adalah Gereja St Anna dan Kapel St Nino de Paz atau Kapel Greenbelt di
distrik Bisnis Makati. Kapel St Nino de Paz baru diresmikan pada tahun
1983 oleh Jaime Kardinal Sin, Uskup Agung Manila. Bangunan ini berbeda jauh
dengan bangunan gereja sebelumnya. Selain tergolong baru, bentuk bangunannya
lebih modern dan futuristik, hasil karya arsitek Willie Fernandez dan Jess Dizon. Penggagas kapel ini adalah pasangan Fanny Del Rosaria dan Atty Nordy.
Manila adalah kota metropolitan yang kondisinya mirip dengan kota-kota di Asia Tenggara. Penduduknya padat, semrawut, kemacetan kerap menyergap lalu lintasnya, pun angka kriminalitas yang tinggi. Sebagai ibukota yang berkembang, Manila dikenal juga dengan sebutan ‘mutiara timur yang kembali berjaya’ setelah menjadi korban pengeboman Perang Dunia II.
Sumber : National Geographic/jawaban.com/ls