Ada sesuatu yang berbeda di West London Synagogue of British Jews di London pada Sabtu, 11 Juni 2016 lalu. Sekitar 100 orang berkumpul disana, uniknya yang hadir tidak seluruhnya umat Yahudi, namun juga kaum Muslim dan juga orang Kristen.
Pada waktu berbuka puasa tiba, seorang Muslim mengumandangkan azan di dalam sinagoga itu. Setelah menikmati minuman dan kurma, umat Islam yang hadir dipersilahkan menjalankan shalat Magrib berjamaan. Baru setelah selesai shalat para undangan masuk ke dalam ruangan bersama-sama untuk menikmati hidangan makan malam. Dalam satu meja, para tamu duduk berdampingan dari latar belakang agama yang berbeda. Sambil makan mereka bisa saling berbincang dan berdiskusi.
"Sangat bangga komunitas kami bisa melangsungkan acara The Big Iftar, buka puasa besar yang digagas Julie Siddiqui, sekaligus merayakan ulang tahun Ratu ke-90, untuk merayakan perbedaan di Inggris," demikian ungkap rabi senior, Julia Neuberger, pemuka agama umat Yahudi di tempat itu.
Nama Julie Siddiqui yang disebut oleh Neuberger adalah seorang warga Inggris beragama Islam yang menggagas sejumlah acara amal dan acara buka puasa bersama The Big Iftar dan merupakan aktifis lintas agama yang mendorong komunikasi dan toleransi di Inggris sejak 20 tahun lalu.
"Acara seperti ini lebih dari sekadar toleransi, kita saling menghargai dan kita merayakan perbedaan ini. Inggris sebagai salah satu negara dengan hubungan lintas agama yang terbaik di Eropa dan kita perlu merayakan ini," demikian pernyataan Julie Siddiqui yang dikutip BBC Indonesia.
"Sebagai Muslim kami perlu lebih sering membuka diri karena penting untuk menunjukkan seperti apa Islam sebenarnya. Dan acara seperti ini merupakan sesuatu yang luar biasa, karena melalui persahabatan dan kepercayaan, berbagai prasangka dan kecurigaan antara pemeluk agama yang berbeda bisa dihilangkan," demikian tambah Julie.
Dalam acara ini seorang guru agama Islam Rakin Fertuga Cisse berbicara dan menjelaskan tentang Ramadhan kepada seluruh yang hadir. Selain menikmati pengalaman berbuka puasa bersama, para yang hadir juga banyak yang baru pertama kali menginjakkan kaki ke rumah ibadah umat Yahudi. Hal ini diperkaya dengan diskusi dalam grup tentang isi kitab Taurat, Injil dan Al Quran.
Berbagai acara lintas agama banyak dilakukan di Inggris dalam empat tahun terakhir, termasuk di antaranya membuka masjid untuk pemeluk agama lain.
Ditengah gencarnya serangan dan juga penyebaran paham radikal, diskusi dan komunikasi antar umat beragama adalah salah satu cara ampuh untuk menghambatnya. Dengan terjalinya hubungan yang baik dan saling menghormati antar umat beragama, maka kasih dan pengertian akan dapat mengalahkan kebencian.
Sumber : Kompas.com | Puji Astuti