Pendeta Palestina Ini Ajak Etnis Arab dan Yahudi Bersatu
Sumber: ifamericansknew.org

Nasional / 3 May 2016

Kalangan Sendiri

Pendeta Palestina Ini Ajak Etnis Arab dan Yahudi Bersatu

daniel.tanamal Official Writer
8082

Seorang pendeta di Palestina diketahui sudah 14 tahun terakhir terus bersemangat mengabarkan Injil di Betlehem dan Yerusalem. Dirinya mendorong supaya orang-orang Arab dan Yahudi hidup dalam kasih walau di tengah situasi politik yang membuat dua etnis ini bertentangan.

Pendeta bernama Steven Khoury menegaskan bahwa nilai-nilai kasih Yesus bisa menyatukan warga Yerusalem, apa pun latar belakangnya. Hal itu dikatakannya dalam sebuah diskusi pada Senin (2/5). Pemimpin jemaat di Calvary Jerusalem Church dan First Baptist Church Bethlehem ini mengakui bahwa di tataran praktis, orang Yahudi dan Arab terlibat kerja sama dengan baik.

Hanya, situasi politik yang membuat dua etnis terbesar di wilayah Palestina ini terkotak-kotak. Semangat ini ia wujudkan dengan memimpin Gereja Calvary di Yerusalem Timur ini. Jemaatnya dari berbagai etnis.  Steven Khoury datang ke Indonesia salah satunya untuk menjelaskan solusi perdamaian di daerah yang sering diberitakan penuh dengan konflik ini. “Harus saling memaafkan masa lalu dan saling menerima dalam kasih,” kata pria Palestina warga Israel ini.

Dirinya juga mendorong semua orang Kristen untuk berkunjung ke daerah yang disebutkan di Alkitab—Holy Land/Tanah Suci. Apa pasal? “Supaya lebih mengenal kisah-kisah Alkitab dari dekat.” Selain itu, kunjungan ke Tanah Suci juga membuka mata kita akan realitas di sana. “Bahwa, berbeda dengan yang dikabarkan di berita-berita bahwa situasinya penuh konflik dan kekerasan. Hanya daerah dengan kelompok ekstrem yang terdapat kekerasan. Secara umum di Holy Land daerahnya aman,” lanjutnya.

Cita-cita dia untuk menyebarkan kasih di Tanah Suci tidak mulus, terutama di Yerusalem. Ia mengakui bahwa ada ancaman dari kelompok-kelompok radikal Islam yang membuat mereka harus berpindah –pindah tempat. Bukan hanya ancaman berbentuk serangan fisik, melainkan juga ancaman kepada pemilik gedung yang mereka sewa untuk dijadikan gereja.



Sumber : satuharapan
Halaman :
1

Ikuti Kami