Tolong Suamiku Tak Lagi Jadi Pangeran Impianku
Sumber: aussietheatre.com.au

Marriage / 10 April 2016

Kalangan Sendiri

Tolong Suamiku Tak Lagi Jadi Pangeran Impianku

Puji Astuti Official Writer
3616

Kisah dongeng favorit bagi seorang anak perempuan adalah seorang putri yang berakhir hidup bahagia dengan pangeran impiannya. Ketika ia tumbuh dewasa, akhirnya ia menemukan pria yang ia sebut sebagai "Pangeran Impian" itu. Namun saat menjalani bahtera pernikahan dengan semua naik dan turun situasi dan kondisi, tiba-tiba pasangannya itu tidak lagi menjadi "Pangeran Impiannya", sebaliknya mungkin ia malah berubah  jadi seekor katak yang mengganggu dan tidak  lagi ia inginkan keberadaannya. 

Kemanakah perginya sang "Pangeran Impian" itu? Kenapa yang tertinggal hanya si katak buruk rupa sekarang?

Namun tahukah hal yang serupa bukan hanya dialami oleh para isteri. Para suami pun bertanya, "Kemana perginya puteri impianku?" 

Jadi sebelum melakukan sesuatu yang berakibat fatal sadarilah bahwa apa yang terjadi bukanlah salah pasangan Anda. Mari jujur bersama, bahwa tidak seorangpun yang bisa jadi pribadi sempurna. Semakin hari Anda hidup bersama pasangannya, Anda akan menemukan pribadi dia yang sebenarnya. Pribadi yang tidak lagi menggunakan topeng. Sebaliknya daripada bertanya, "Kemana perginya pangeran atau puteri impian saya?" coba tanyakan tiga pertanyaan penting ini:

Pertanyaan #1   Apakah budaya saat ini mempengaruhi pernikahan Anda? 

Jika kita memberi makan pikiran, jiwa dan roh kita dengan film, novel, dan lagu-lagu saat ini yang tidak lagi menjunjung tinggi nilai-nilai pernikahan yang kudus maka secara tidak sadar pesan-pesan negatif itu secara tidak sadar akan tertanam dalam alam bawah sadar Anda dan lama-kelamaan akan terwujud dalam bentuk pola pikir bahkan tindakan dan kebiasaan yang buruk. 

Saat ini film-film sering menggambarkan seorang pria atau suami adalah orang yang bodoh, dimana isteri dan anak-anaknya bisa memanipulasi mereka. Secara tidak sadar pesan ini terpatri dalam pikiran penonton. Jadi, hati-hatilah dalam memilih apa yang ditonton, didengar dan dibaca oleh anggota keluarga Anda, terutama anak-anak Anda karena mereka masih belum bisa menyaring apa yang benar dan salah. 

Pertanyaan #2   Apakah Anda memiliki ekspektasi yang tidak wajar terhadap pasangan Anda? 

Pasangan Anda tidak akan pulang dari kantor dengan membawa sebuah karangan bunga, atau dia tidak membuat sebuah makan malam kejutan saat ulang tahun Anda. Jika Anda mengharapkan pasangan Anda melakukan sesuatu yang tidak sewajarnya ia lakukan, maka yang perlu dirubah adalah pengharapan Anda. 

Terimalah pasangan Anda apa adanya. Daripada menunggu dia melakukan sesuatu yang Anda inginkan dan berharap dia tahu dengan sendirinya pengharapan itu, mengapa tidak Anda saja yang melakukannya bagi pasangan Anda. Buatlah kejutan bagi pasangan Anda, lakukan sesuatu yang membuat dia tahu bahwa Anda mencintai dia setiap harinya. Hidupilah kebenaran ini, "Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka." (Lukas 6:31).

Pertanyaan #3  Apakah Anda masih ingin dilayani?

Masihkah Anda ingat saat masa pacaran dulu? Saat itu bukankah menjadi sebuah kebahagiaan bagi Anda jika bisa menyenangkan pasangan Anda? Anda mungkin membuatkan makan siang khusus untuknya dan memberikannya saat bertemu di kantor. Atau sebaliknya, pasangan dengan senang hati menjemput Anda walaupun rumahnya  dua jam jauhnya dari rumah Anda. 

Apakah Anda masih memiliki rasa sukacita saat Anda bisa melayani pasangan Anda ini? Atau sekarang yang muncul adalah tuntutan-tuntutan atas hak-hak Anda yang merasa telah ia abaikan atau langgar? 

Mari kita ingat kembali nasihat Rasul Paulus ini,"Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga." (Filipi 2:3-4). 

Sebagai pasangan suami isteri, adalah sebuah keharusan untuk saling melayani, menganggap seorang lebih utama dari dirinya sendiri. Sebab hal inilah yang Bapa inginkan ada dalam diri anak-anak-Nya, sama seperti yang telah diteladankan Yesus Kristus yang datang ke dunia ini bukan untuk dilayani namun untuk melayani dan mati di kayu salib bagi keselamatan umat manusia. 

Jika hari ini Anda sudah menanyakan tiga hal di atas, mulailah buat tindakan. Tanyakan pada diri Anda sendiri, "Bagaimana saya bisa menolong pasangan saya? Bagaimana saya bisa menjadi isteri yang lebih baik baginya?"

Ijinkan Kristus menjadi pusat dari kehidupan rumah tangga Anda, percayalah ketika Anda dan seluruh anggota keluarga Anda berjalan bersama dengan Dia maka semuanya akan berubah. Anda akan melihat kembali sosok "Pangeran Impian" Anda pada diri pasangan Anda. Hal itu bukan karena dia adalah pribadi yang sempurna, namun karena kasih Tuhan yang ada dalam hidup Anda dan pasangan Anda yang telah menyempurnakannya. 


Sumber : Crosswalk.com | Jawaban.com | Puji Astuti
Halaman :
1

Ikuti Kami