Donald Trump: Gunakan ‘Merry Christmas’ Singkirkan ‘Happy Holiday’
Sumber: Mark Wilson/Getty Images

Internasional / 10 November 2015

Kalangan Sendiri

Donald Trump: Gunakan ‘Merry Christmas’ Singkirkan ‘Happy Holiday’

Lori Official Writer
7202

Donald Trump mengaku frustrasi menyusul keputusan toko-toko Amerika Serikat menggunakan ‘Happy Holiday’ (ucapan untuk libur panjang di akhir tahun, red) ketimbang ‘Merry Christmas’ (Selamat Hari Natal, red), perayaan besar keagamaan umat Kristiani yang digelar setiap 25 Desember.

Trump yang merangkul dukungan suara dari berbagai kalangan gereja dan kaum konservatif Kristen ini meresponi hal tersebut dengan mengatakan, “Saya seorang Kristen yang baik. Jika saya menjadi presiden, kita akan mengatakan Merry Christmas di setiap toko. Anda bisa menyingkirkan Happy Holiday di sudut,” seperti dilansir CBC News, Selasa (10/11).

Hal ini menyusul pernyataan Trump beberapa waktu lalu bahwa secara politik, ucapan Natal yang benar adalah Merry Christmas, bukan Happy Holiday.  Starbucks, gerai kopi populer asal AS menjadi salah satu perusahaan yang disebut-sebut Trump akan terancam diboikot menyusul keputusan perusahaan ini untuk tidak lagi menerapkan tema Natal dalam cangkir mereka, baik ornamen Natal ataupun ucapan Selamat Natal.  Keputusan itu akan menjadi akhir dari perusahaan yang menyewa tempat miliknya di Trump Tower, Mahattan.

Perdebatan tentang penggunaan ucapan Happy Holiday ini memang sudah menjadi perdebatan panjang antar berbagai kalangan agama di AS. Namun, Trump dinilai seperti memberi angin sejuk setelah menyampaikan pandangannya bahwa secara politik, ucapan Merry Christmas lebih pantas dibanding dengan Happy Holiday. Sehingga ia berjanji ucapan Natal akan kembali berlaku apabila terpilih sebagai presiden AS.

Seperti diketahui, pernyataan kandidat teratas AS ini diangkat sebagai topik debat yang digelar pada Senin (9/11) kemarin, menyusul protes dari berbagai kalangan agama Kristen terkait desain cangkir gelas kopi tersebut. Kendati begitu, sebagian kalangan Kristen tetap menilai protes tersebut sebagai reaksi berlebihan. Paul Batura, Wakil Presiden dari Komunikasi untuk Keluarga mengatakan bahwa Natal tidak ditentukan oleh ornament yang digunakannya. Tetapi, Natal hanya ditemukan dalam hati dan pikiran yang percaya bahwa Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia. Sementara pihak Starbucks menyampaikan alasannya bahwa kebanyakan orang hanya ingin membeli kopi, bukan cangkirnya.


Apakah artikel ini memberkati Anda? Jangan simpan untuk diri Anda sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang belum mengenal Kasih yang Sejati. Mari berbagi dengan orang lain, agar lebih banyak orang yang akan diberkati oleh artikel-artikel di Jawaban.com seperti Anda. Caranya? Klik di sini.

Sumber : BC/Cnn Indonesia/ls
Halaman :
1

Ikuti Kami