Membangun Bukan Meruntuhkan Rumah Tangga
Sumber: visualphotos.com

Marriage / 27 October 2015

Kalangan Sendiri

Membangun Bukan Meruntuhkan Rumah Tangga

Puji Astuti Official Writer
6792

Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan (1 Tesalonika 5:11 TB).

Hidup dalam sebuah komunitas kecil yang disebut sebagai rumah tangga adalah sebuah ikatan perjanjian yang disetujui oleh dua orang yang tidak sempurna untuk hidup bersama-sama sampai maut memisahkan mereka. Karena pasangan yang menikah itu adalah dua orang yang tidak sempurna, maka Alkitab mengingatkan kepada kedua pasangan ini untuk saling menasihati dan saling membangun dan bukan untuk saling menjauhkan diri atau saling menjatuhkan. Saling memaafkan adalah kunci dalam setiap kehidupan berumah tangga, karena sebagai manusia yang tidak sempurna sangat mudah bagi kedua pasangan suami dan istri untuk saling menyakitkan dalam perilaku atau kata-kata yang diucapkan.

"Nasihatilah seorang akan yang lain" memberikan pengertian jika yang satu sedang lemah, baik istri maupun suami, maka yang lain datang untuk memberikan pertolongan, penghiburan, dorongan, nasihat atau petunjuk untuk bersama-sama bangun kembali dari kesusahan yang bersama-sama dihadapi. Penulis banyak melihat bahwa jika ada diantara pasangan hidup baik suami maupun istri mengalami masalah sehingga menjadi lemah dalam menghadapi tantangan hidup yang ada, maka pasangan hidup yang lain baik suami maupun istri bukan memberikan nasihat dalam pengertian memberikan dorongan, motivasi, atau semangat untuk bangun kembali, namun melemparkan serangan-serangan yang bersifat menuduh, merendahkan, maupun memojokkan pasangan hidupnya.

Pada saat penulis bertanya keuntungan apa yang diperoleh oleh dia yang melancarkan serangan-serangan bertubi-tubi tersebut, jawaban yang penulis terima adalah bahwa pujian hanya diberikan bagi dia yang berhasil. Dia yang melontarkan tuduhan-tuduhan yang melemahkan pasangan hidupnya memiliki pola berpikir bahwa semua serangan-serangan yang ada sifatnya berupa nasihat yang akan memacu pasangan hidupnya untuk membuktikan bahwa dia sanggup bangun kembali. Dimanakah kebenaran pendapat ini? Serangan-serangan dalam bentuk tuduhan-tuduhan memberikan efek negatif yang dapat menimbulkan keretakan dalam rumah tangga. Kenapa demikian? Pada saat penulis bertanya kepada pihak yang direndahkan melalui tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh pasangan hidupnya, dia yang tertindas tidak merasa mendapatkan dukungan dalam masalah yang sedang dihadapinya; sehingga ia berpikir, jika aku dapat melakukan segala sesuatu tanpa bantuan maka aku tidak perlu bantuan pasangan hidupku lagi-ini awal dari keretakan yang akan mengakhiri pernikahan jika tidak dengan segera diatasi.

Apa yang dikatakan Alkitab tentang hal ini? Kitab Amsal 14:1 (TB) mengatakan, "Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya sendiri." Jika emosi lebih cepat dari daya berpikir, maka Anda sedang mengundang masalah untuk masuk dalam hidup Anda. Dari waktu ke waktu penulis berjumpa dengan salah satu dari pasangan suami dan istri yang tidak mampu mengendalikan emosinya dalam berkata-kata ataupun dalam perilakunya sehingga menimbulkan kekerasan dalam rumah tangga. Keuntungan apakah yang akan Anda peroleh dengan berkata-kata kasar, menuduh, merendahkan, meremehkan, mencemooh, ataupun memojokkan pasangan hidup Anda? Perkataan "I Love You" yang Anda dengungkan setiap hari tidak mempunyai makna sama sekali jika perkataan ini tidak disertai dengan tindakan yang nyata. Jika dia yang mengatakan "I Love You" tidak memiliki nilai yang nyata didalam perkataan "Love" atau "Kasih" atau "Cinta" yang ditunjukkan melalui sikap dalam perbuatan yang nyata, yaitu berani berkorban dalam bentuk apapun tanpa memiliki kepentingan untuk menonjolkan perbuatannya yang baik tersebut, maka "Love", "Kasih" ataupun "Cinta" itu hanyalah sebuah sebutan yang tertulis yang dibaca atau didengungkan oleh dia yang mengatakan "I Love You". Lebih baik bagi orang tersebut untuk tidak mengatakan "I Love You", namun melakukan sebuah tindakan yang berani berkorban untuk kepentingan orang lain!

Jika demikian bagaimana caranya untuk dapat menjadi suami atau istri yang bijak? Menjadi suami atau istri yang bijak berarti mampu menjadi pendengar yang baik karena segala masalah yang mungkin timbul dalam rumah tangga dapat diselesaikan melalui komunikasi yang sehat. Menjadi pendengar yang baik bukan berarti menunggu giliran untuk dapat berbicara; menjadi pendengar yang baik berarti mampu menerima dan mengerti apa yang disampaikan lawan bicara sehingga sebuah nasihat yang sehat, nasihat yang membangun, nasihat yang mendukung dapat disampaikan dengan hati yang damai. Bukan berapa kerasnya suara Anda yang dapat menyebabkan pasangan hidup Anda mendengar atau mengerti apa yang Anda sampaikan, namun apakah berita yang Anda ingin sampaikan, Anda sampaikan dengan bahasa yang dapat dimengerti dan diterima oleh pasangan hidup Anda (lawan bicara Anda). Sekalipun Anda menjerit sekuat tenaga Anda ketelinga seorang Rusia yang tidak mengerti bahasa Anda, sampai kapanpun orang Rusia tersebut tidak akan mengerti apa yang Anda katakan. Dengan mengubah bahasa yang Anda pergunakan untuk berkomunikasi dengan lawan bicara Anda, yaitu bahasa yang dapat dimengertinya, maka Anda pasti dapat berkomunikasi dengan mudah.

Apakah bahasa yang Anda pergunakan selama ini bahasa kekerasan, bahasa penindasan, bahasa kebun binatang, bahasa merendahkan, bahasa caci maki, bahasa kutukan? Apakah Anda pernah meluangkan waktu untuk berpikir sejenak bahwa lawan bicara Anda adalah bagian dari kehidupan Anda yang dengannya Anda ingin berkomunikasi? Apakah Anda pernah merenungkan bahwa lawan bicara Anda juga memiliki perasaan, sama seperti Anda juga memiliki perasaan? Pernahkah Anda bertanya kepada diri Anda sendiri, apakah Anda ingin diperlakukan seperti Anda memperlakukan orang lain? Dapatkah Anda mengatakan segala sesuatu yang Anda kerjakan untuk pasangan hidup Anda adalah "Kasih" adanya? Apakah Anda merasa perlu untuk merubah pola Anda berpikir, merubah dengan siapa Anda bergaul (karena pergaulan yang jahat dapat merubah kebiasaan yang baik), merubah cara Anda berbicara, merubah cara Anda memperlakukan pasangan hidup Anda (juga orang lain termasuk bawahan Anda)?

Anda yang tahu apa yang Anda ingin kerjakan untuk membangun rumah tangga yang harmonis. Anda belum terlambat, masih ada kesempatan untuk memperbaiki, karena jika Anda membaca artikel ini seluruhnya berarti Anda berminat untuk berubah. Hanya jangan menunda sampai besok, minggu depan, bulan depan, tahun depan karena hari esok itu tidak kunjung datang. Kenapa demikian? Jika hari esok sudah menjadi hari ini, Anda masih tetap mengatakn "besok" saya akan mulai berubah! Menunda adalah pembunuh motivasi terbesar. "Menunda" selalu menyediakan "Alasan" yang dapat dipakai untuk membunuh "motivasi". Jika Anda tidak bersedia bertindak saat ini, Penulis yakin, Anda juka tidak akan pernah mengambil tindakan esok hari! Sampai kapan Anda ingin menunda...? Dan kepada siapa Anda ingin melemparkan kesalahan Anda jika sudah terlambat? Semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat menjadi berkat!

Penulis

Rev.Dr. Harry Lee, MD.,PsyD

Gembala Restoration Christian Church di Los Angeles - California

www.rccla.org

Sumber : Rev.Dr. Harry Lee, MD.,PsyD
Halaman :
1

Ikuti Kami