Menteri Kesehatan Profesor Dr dr Nila Moeloek SpM(K) mengaku
prihatin dengan berita yang beredar tentang seorang balita yang meninggal akibat
kabut asap di Riau, Sumatera Selatan. Kasus kematian ini mendorong masyarakat
menyoroti kinerja Kementerian Kesehatan dalam hal penanganan korban asap di Riau dan Kalimantan.
Untuk memastikan kabar tersebut, pihak Kementerian Kesehatan segera
melakukan pemeriksaan dan menemukan bahwa kematian balita tidak sepenuhnya disebabkan
oleh asap. Melainkan akibat infeksi di dalam organ tubuh balita tersebut.
Kendati demikian, Menkes Nila mengaku bahwa fisik yang lemah dan
kabut asap yang menganggu persediaan oksigen yang bersih juga menjadi faktor
utama kematian balita. Kejadian ini mendorong Kementerian Kesehatan untuk lebih
tanggap dan cepat menangani dampak buruk dari asap yang masih menyelimuti beberapa wilayah di Indonesia.
Bekerja sama dengan pemerintah daerah, Kementerian Kesehatan akan
meminimalisir dampak buruk kabut asap tersebut. “Kami jajaran kesehatan berusaha
keras mengupayakan dampak kesehatan seminimal mungkin melalui kegiatan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitative,” kata Menkes Nila, seperti dilansir Okezone.com, Selasa (6/10).
Saat ini pihak kesehatan di daerah telah membentuk tim tenaga
medis yang ditugaskan di lapangan untuk menangani para korban. Selain itu, pihaknya
juga sudah mengirimkan bahan medis seberat 27.599 ton kepada delapan provinsi yang
terkena dampak kabut asap, diantaranya Provinsi Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
Bantuan itu berisi paket obat seperti antibiotik, tetes mata,
diare dan vitamin, masker biasa, masker N95, oksigen dalam bentuk spray dan kaleng.
Para korban juga dilengkapi dengan persediaan makanan tambahan, terutama bagi
kebutuhan balita. Menkes Nila menegaskan bahwa bantuan tersebut sudah dijalankan.
Untuk meminimalisir dampak buruk asap, ia menghimbau agar masyarakat
tidak keluar rumah dan tetap menjaga kondisi fisik dengan mengkonsumsi gizi seimbang agar tidak jatuh sakit.
Sementara kondisi kabut asap hingga kini masih belum reda. Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bahkan terus berupaya memadamkan api di 1340
titik panas. BNPB bahkan sudah mengarahkan 7 helikopter dan pesawat water bombing serta 1 pesawat Casa untuk
membuat hujan buatan di Riau. Namun langkah ini masih belum berhasil karena belum terbentuk awan potensial yang mampu menghasilkan hujan buatan.
Mari berdoa agar wilayah-wilayah yang diterpa kabut asap segera
kembali pulih. Sehingga tidak menimbulkan banyak korban, begitu pula dengan pemerintah
terus berupaya untuk bisa memadamkan api dan mengembalikan kualitas oksigen yang
baik bagi kesehatan masyarakat.
Apakah artikel ini memberkati Anda? Jangan simpan untuk diri Anda sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang belum mengenal Kasih yang Sejati. Mari berbagi dengan orang lain, agar lebih banyak orang yang akan diberkati oleh artikel-artikel di Jawaban.com seperti Anda. Caranya? Klik DI SINI.