Benarkan Ada Kemarahan Kudus Yang Tak Berujung Pada Dosa?
Sumber: Google

Kata Alkitab / 23 September 2015

Kalangan Sendiri

Benarkan Ada Kemarahan Kudus Yang Tak Berujung Pada Dosa?

Puji Astuti Official Writer
8342

Marah adalah salah satu emosi yang sering dialami oleh manusia, hal itu bagian dari manusia sehingga tidak mungkin untuk menghilangkannya. Namun saat marah menjadi sebuah kebiasaan atau bahkan karakter, hal itu bisa berdampak buruk, baik bagi dirinya sendiri atau orang-orang disekitarnya.

Alkitab lebih banyak memberikan peringatan tentang marah, daripada yang menyarankan tindakan itu. Kitab Pengkotbah menghubungkan amarah dengan kebodohan (Pengkotbah 7:8), dan penulis kitab Yakobus mengingatkan agar lambat untuk marah sebab amarah manusia tidak membuat seseorang baik dan berkenan kepada Allah (Yakobus 1:19-20).

Amarah adalah emosi yang negatif, dan seperti virus, emosi negatif itu akan dengan mudah menyebar kepada sekitarnya. Kebanyakan orang yang marah, akan merasa menyesal setelahnya. Untuk itu pikirkan baik-baik sebelum Anda memutuskan untuk marah karena sesuatu atau pada seseorang. Sebelum marah, coba cek beberapa hal berikut ini :

1# Bedakan apakah kemarahan Anda kudus atau berdosa

Kemarahan kudus dipicu oleh keprihatianan karena kebenaran dilanggar, sebagai contoh seperti saat Yesus marah di bait Allah karena tempat ibadah dijadikan tempat mencari keuntungan. Sedangkan amarah yang mendatangkan dosa adalah saat seseorang dikendalikan oleh emosinya atau marah karena ego atau harga dirinya.

Yesus sendiri meneladankan hidup yang penuh dengan kasih, kebaikan, pembawa damai dan tidak berselisih. Saat Ia marah di bait Allah itu, adalah sesuatu yang sangat jarang Yesus lakukan. Bisa dipastikan bahwa menunjukkan amarah adalah sebuah pilihan terakhir yang Yesus buat, karena tidak ada lagi cara lain.

Demikian juga halnya kita, marah seharusnya adalah pilihan terakhir kita, bukan menjadi sebuah kebiasaan atau keseharian. Karena kita adalah gambaran dari Allah, mewakili pribadi yang penuh belas kasihan dan anugerah. Jikapun kita marah, Alkitab mensyaratkan agar kita janganlah berbuat dosa (Efesus 4:26). Jadi jika kita bisa memenuhi syarat ini, baru kita boleh marah.

2# Kemarahan yang kudus tidak menyerang orang tetapi prilaku dosa

Jika Anda marah lalu menyerang pribadi orang lain dan membuat orang lain terluka baik secara mental ataupun fisik, hal tersebut sudah dipastikan bukanlah kemarahan yang kudus lagi. Amarah dan kegeraman yang kudus tidak ditujukan pada pribadi seseorang tetapi prilakunya, sedangkan pribadi orang tersebut harus dikasihi sehingga ia bisa dituntun kepada jalan kebenaran dan kasih karunia (Roma 12:19-21).

3# Kemarahan yang tidak terkendali biasanya berakar dari dosa

Jika Anda marah dan respon Anda meledak-ledak dan mudah dipicu oleh hal-hal yang kecil, maka Anda perlu segera datang pada Tuhan untuk memeriksa diri Anda. Kemarahan yang tidak terkendali bisa dipastikan memiliki akar dan seringkali akar masalahnya adalah dosa. Kemarahan adalah buah dari kedagingan (Galatia 5:19-20), sedangkan buah Roh adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri (Galatia 5:22 -23). Sebab keinginan daging selalu berlawanan dengan keinginan Roh (Galatia 5:17).

Untuk itu saat kemarahan mulai muncul, hal itu adalah sebuah peringatan agar kita cepat datang kepada Tuhan dan memeriksa diri kita dan bertobat.

4# Kemarahan yang kudus tidak menyimpan dendam dan kepahitan

Saat Anda tidur dan masih merasakan marah dan bahkan menyimpan kebencian dan dendam pada orang lain, maka bisa dipastikan hal tersebut bukanlah kemarahan yang kudus. Efesus 4:26 memerintahkan, "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu". Karena menyimpan amarah membuat Anda tidak bisa tidur dengan tenang, ada rasa bersalah, rasa tertekan dan juga membuat tekanan darah seseorang menjadi tinggi.

Jadi jika Anda ingin menjadi seperti Daud yang dapat berkata kepada Tuhan, "Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman." (Mazmur 4:9), maka Anda harus belajar menyelesaikan semua masalah dan amarah sebelum pergi tidur.

5# Berdoalah untuk orang atau hal yang membuat Anda marah

Dengan membawanya dalam doa, Anda mengijinkan Tuhan campur tangan pada masalah Anda atau hal yang membuat Anda marah. Tuhan bekerja dengan cara-Nya yang ajaib, dan Dia mampu menjawab doa-doa kita dengan caranya yang unik. Saat kita membawanya dalam doa, kita mempercayakan hasil akhirnya pada Tuhan dan mengijinkan Dia yang memegang kendali.

Jadi, apakah Anda sedang marah hari ini? Mari berhenti sejenak dan periksa kembali diri kita. Perhatikanlah apakah kita mengucapkan kata-kata yang kasar dan penuh amarah, atau mungkin tidak secara langsung namun melalui sosial media atau kolom komentar. Setiap yang keluar dari mulut atau sekarang ini melalui jari-jari kita saat menulis di sosial media, bersumber dari hati kita. Jika ada tanda-tanda amarah, yuk segera selesaikan sebelum malam tiba. Jadikan marah sebagai pilihan terakhir kita, karena sebagai orang yang dipimpin oleh Roh Kudus, prilaku kita akan menunjukkan buah-buah Roh.


Apakah artikel ini memberkati Anda? Jangan simpan untuk diri Anda sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang belum mengenal Kasih yang Sejati. Mari berbagi dengan orang lain, agar lebih banyak orang yang akan diberkati oleh artikel-artikel di Jawaban.com seperti Anda. Caranya? Klik disini.

Sumber : Berbagai Sumber | Jawaban.com | Puji Astuti
Halaman :
1

Ikuti Kami