Saat Preman Menjadi Hamba Tuhan
Sumber: flickr

Kata Alkitab / 21 August 2015

Kalangan Sendiri

Saat Preman Menjadi Hamba Tuhan

daniel.tanamal Official Writer
5450

Pria kelahiran Sumatera Utara ini bertumbuh dalam lingkungan yang penuh kekerasan, secara fisik maupun verbal. Yang namanya babak belur oleh ucapan atau bekas tangan itu sudah biasa dialaminya sejak umur empat tahun. Sejak masih bocah ia sudah biasa kena pukul, tampar, cambuk dan bahkan pernah digantung lima kali dalam posisi kaki di atas seperti jambu mete. Tidak heran hidupnya dilumuri oleh luka luar dalam. Luka batin itu telah menggores dihati bagaikan koreng, setiap kali tersentuh, rasa sakitnya kambuh kembali.

Suatu kali luka itu kembali terkorek oleh perlakukan kepala sekolahnya. Ucapan dengan nada penghinaan dan penolakan telah menghempaskan remaja ini masuk dalam dunia preman. Orang yang terluka memang selalu punya niat untuk melukai orang lain. Tidak segan-segan ia bergabung dengan kelopok preman pasar. Di situlah ia belajar mencuri, memalak, dan berbuat onar. Konon ia cukup "berprestasi" dalam hal kejahatan sehingga dipercaya untuk bisa bergabung dengan sebuah Ormas (organisasi masyarakat) yang cukup disegani di kota kelahirannya. Yang namanya dunia kekerasan sudah menjadi bagian keseharian aktivitasnya.

Kegemarannya akan dunia malam, miras, narkoba dan wanita sempat mengantarkan Parulian Sumatupang ke ruang UGD. Pemuda yang selama ini dikenal pemberani tiba-tiba merasa takut mati saat mendengar kata dokter kalau dirinya menderita penyakit lever akut. Menyadari umurnya tidak lama lagi, tiba-tiba ia ingat cerita sekolah minggu yang sering didengarkannya waktu masih bocah. Kesadaran betapa pentingnya hidup menyeruak dari lubuk hati. Dalam linangan air mata ia mengucapkan doa pengakuan dosa. Di ranjang 'kematian' itulah ia berjumpa dengan Allah. Saat itu juga kuasa-Nya menjamah tubuhnya. Sang preman telah berjumpa dengan pencipta-Nya diujung kehidupan.

Hari ini aku berjumpa dengan mantan preman itu. Kesaksian hidupnya telah menjadi berkat bagi banyak orang. Akupun terinspirasi oleh kisah hidupnya. "Dulu saya punya hobi memindahkan barang orang saat pemiliknya tidur pulas alias mencuri, sekarang saya punya hati untuk berbagi dengan mereka yang susah dan menderita," Katanya sambil bergurau. Titik balik hidupnya memang luar biasa.

Pdt. Parulian Simatupang saat ini menjadi seorang hamba Tuhan di kota Siborong-Borong. Menyadari bahwa jemaatnya masih sedikit dan tidak mampu menopang ekonomi keluarganya, ia tidak malu membuka warung gorengan dan ayam bakar untuk menghidupi keluarganya. Baginya, seorang hamba Tuhan harus bisa mencukupi ekonomi keluarga dengan apa saja yang penting halal. Ia berpandangan "jika ada hamba Tuhan kekurangan dan anaknya kelaparan, padahal tubuhnya sehat dan ada kesempatan cari nafkah, maka ia sedang mempermalukan, bukan memuliakan Tuhan yang ia layani."

Sebuah paradigma yang layak dicerna "setiap hamba Tuhan harus bisa cari makan untuk melayani, bukan melayani untuk cari makan". Dia bukan asal bicara. Pendapatan bersih per bulan dari warungnya 8 juta. Ia bangga bisa menghidupi keluarga, melayani jemaat dan membantu orang susah di sekitar hidupnya. What do you think?

 


(Penulis adalah Pdt Paulus Wiratno)

Sumber : Pdt Paulus Wiratno (diedit seperlunya tanpa mengurangi atau menambah maksud penulisan, oleh Daniel Tanamal - Jawaban.com)
Halaman :
1

Ikuti Kami