Learned Helplessness
Sumber: Google

Kata Alkitab / 17 July 2015

Kalangan Sendiri

Learned Helplessness

daniel.tanamal Official Writer
5175
<!--[if gte mso 9]><xml> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin-top:0in; mso-para-margin-right:0in; mso-para-margin-bottom:8.0pt; mso-para-margin-left:0in; line-height:107%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri",sans-serif; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-fareast-language:EN-US;} </style> Sebuah teori dalam ilmu psikologi bernama Learned Helplessness yang diperkenalkan oleh Martin Seligman (1975) menjelaskan sebuah situasi dimana kita diperhadapkan dengan keadaan sulit yang sangat menekan kita, akhirnya dengan mudah kita menyerah pada keadaan tersebut. Singkatnya, keadaan ini dinamakan sikap menyerah.

Secara mendalam, teori ini menjelaskan bahwa ketika seseorang diperhadapkan pada sebuah kesulitan secara terus-menerus yang menekannya dan ia sudah terus-menerus mencoba mengatasinya, namun gagal, orang tersebut bisa sampai pada titik menyerah atau menerima keadaan begitu saja tanpa adanya perjuangan lagi, serta timbul keyakinan bahwa segala usahanya tidak akan berguna dalam menghadapi permasalahannya.

Dalam sebuah eksperimen sederhananya, Seligman memberikan sengatan listrik berulang kali kepada seekor anjing yang mencoba kabur, namun telah dihalangi oleh sebuah pembatas. Saat pembatas tersebut dihilangkan, anjing tadi cenderung diam dan menerima begitu saja jika diberikan sengatan listrik lagi. Pada penelitian itu, anjing tadi tidak bisa mengelak lagi dari hukuman tersebut, misalnya dengan menyerang atau berusaha lari sekuat mungkin, karena telah berulangkali mengelak dan berulangkali pula mendapat sengatan listrik, sehingga ia menghentikan usahanya untuk melawan. Ini menunjukkan bahwa anjing tersebut tidak punya harapan bebas dari sengatan listrik.

Sama halnya saat seseorang menyadari bahwa ia tidak memiliki kendali atas ketertekanan yang dialami, maka ia juga kehilangan motivasi untuk merebut kendali. Tantangan yang tidak bisa dikendalikan dan dihindari oleh seseorang, akan membuatnya bersikap depresif dan tidak mau lagi mencari jalan keluar. Ternyata, Learned Helplessness bisa juga terjadi di dalam kehidupan rohani kita ketika menghadapi godaan-godaan Iblis yang terus menyerang kita. Ada banyak cara Iblis untuk menekan kita. Ia akan terus berusaha untuk mengambil alih kehidupan kita. Berulang kali Iblis akan menggoda kita, khususnya lewat kelemahan kita yang bisa dengan mudah membuat kita jatuh ke dalam dosa. Mungkin kita telah berusaha untuk menghindari godaan-godaannya, namun beberapa kali juga kita terjatuh kembali, bahkan terjatuh ke dalam dosa yang sama. Dan yang lebih berbahaya jika kita pasrah begitu saja pada keadaan kita yang  terintimidasi oleh Iblis.

Jangan biarkan hal itu terjadi di dalam diri kita, karena itu sama saja dengan kita mencobai Tuhan. Orang yang terus-menerus atau berulang kali jatuh ke dalam dosa yang sama, sama saja dengan mencobai Tuhan. Sedangkan firman Tuhan sangat jelas mengingatkan kita agar jangan sampai kita mencobaiNya. Ingatlah, bahwa kita ini memiliki kuasa untuk menghancurkan kuasa Iblis di dalam nama Yesus. Kuasa Roh yang ada di dalam diri kita lebih besar dari semua kuasa yang ada di dunia ini! Berjuanglah dan jangan pasrah terhadap intimidasi Iblis!



Sumber : Manna Sorgawi
Halaman :
1

Ikuti Kami