Artikel Pembaca : Memahami Kebaikan Allah Secara Benar
Sumber: http://mostpato.deviantart.com

Kata Alkitab / 15 July 2015

Kalangan Sendiri

Artikel Pembaca : Memahami Kebaikan Allah Secara Benar

Puji Astuti Official Writer
7678

Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya. (Mazmur 73:1)

Ayat Bacaan Mazmur 73:1-28

Pembaca Jawaban.com  yang setia dan berbahagia, sebelumnya ijinkan saya mengajukan satu pertanyaan seperti berikut; Menurut pembaca sekalian apakah Allah itu baik? Saya yakin dengan mantap dan penuh keyakinan pembaca sekalian  akan berkata ya “Allah itu baik”. Bahkan disaat-saat kesulitan hidup menerpa kehidupan kita, keadilan tidak berpihak kepada kita, mulut kita pun masih sanggup berkata “Allah itu baik”.  Namun tidak dapat dipungkiri bahwa tidak sedikit orang percaya ketika kesusahan menerpa hidupnya, sakit penyakit menggerogoti hidupnya, nasibnya tidak sebaik nasib orang lain, kegagalan demi kegagagalan menerpa hidupnya,  pemaham dia terhadap “Allah itu baik” berubah secara drastis. Dia mulai mempertanyaan kebaikan Allah dengan berbagai argument. Pengalaman seperti ini jugalah yang sedang dialami oleh seorang anak manusia  yang bernama Asaf. Asaf adalah seorang imam keturunan Lewi, kepala pemimpin pujian di dalam bait Allah (1 Tawarik 14:4-5)

Dalam perjananan kehidupan Asaf, ia mulai mempertanyakan tentang kebaikan Tuhan yang dia layani dan sembah, ada keragu-raguan di dalam dirinya terhadap apa  yang selama ini  ia yakini. Komitmennya terhadap kebaikan Allah perlahan mulai pudar. Kesetiannya mempertahankan hati bersih, ataupun menempatkan standart moral yang tinggi dalam hidupnya mulai ia anggap sebagai sebuah kesia-siaan. Hal itu terjadi ketika Asaf melihat kenyataan yang sebenarnya semuanya serba terbalik . Dimana orang yang tidak benar, orang jahat, orang yang melawan Allah justru hidup mereka lebih mujur. Keberhasilan menjadi bagian dari hidup mereka. Sehat dan gemuk mereka. Sementara orang benar, orang yag menghabiskan waktunya dirumah Tuhan, orang yang mengenal dengan baik siapa Allah yang dia sembah dan layani, justru mengalami kepahitan hidup, sering ditimpa kesusahan dan ketidakberdayaan, setiap hari kena tulah dan kena hukum.

Dari pembacaan Nats Firman Tuhan di atas, paling tidak ada dua yang perlu kita renungkan menyangkut tentang kebaikan Allah:

1.    Pada hakikatnya Allah itu baik.

Kata “sesungguhnya dalam terjemahan lain dipakai kata “Truly” yang berarti sungguh-sungguh, betul-betul. Artinya  bahwa Allah itu benar-benar baik. Kebaikan Allah itu sudah dari sononya. Bukan Dia dapat di tengah-tengah perjalanan hidupNya. Kebaikan Allah bukan karena reward dari ciptaan kepada Sang pencipta. Sehingga ketika kita semakin mengatakan Dia baik, maka Ia akan semakin baik.  Semakin kita puja-puja Dia, maka Allah akan semakin baik. Kebaikan Allah tidak bergantung kepada apa yang dikatakan oleh manusia. Standard kebaikan Allah bukanlah manusia.

2.    Kebaikan Allah tidak dapat diukur dari situasi dan keadaan seseorang. 

Fakta-fakta hidup yang disaksikan oleh Asaf dalam kehidupan nyata tidak dapat diterima oleh Asaf secara logika. Fakta-fakta hidup antara orang yang dengan rela hati mempertahankan hidup bersih (orang benar) dengan orang fasik. Dimana orang benar banyak sekali mengalami penderitaan. Sementara orang fasik tidak tersentuh penderitaan. Kenyataan hidup ini ternyata sangat mempengaruhi paradigma awal yang dibangun oleh Asaf tentang Allah yang benar-benar baik. Asaf sedikit banyak mulai terpengaruh dengan teologi timbal balik. Artinya ketika seseorang baik kepada Allah, maka kewajiban bagi Allah untuk membalas segala kebaikan yang diperbuat oleh seseorang tersebut. Kalau seseorang suka memberi tumpangan misalnya, maka Allah berkewajiban untuk membalas segala apa yang dilakukan oleh orang tersebut. Asaf mulai berpikir, kalau memang Allah baik maka orang-orang saleh, para penyembahnya tidak akan mengalami penderitaan manusia. Dan ternyata Asaf salah besar  sebab kebaikan Allah tidak dapat diukur dari keadaan hidup seseorang

Kesimpulan: Kebaikan Allah tidak dapat diukur dari takaran manusia. Kebaikan Allah selalu dan harus dilihat dari sudut pandangnya Allah. Sehingga Ketika kita memahami kebaikan Allah secara benar, maka kita pun akan berkata ”Selain Engkau tiada yang kuingini di bumi” sebab Dia sungguh-sungguh Allah yang baik.


Oleh: Pdm. Joel Nababan, S.Th


Tulisan ini adalah kontribusi dari visitor Jawaban.com, Anda juga dapat berbagi dan menjadi berkat dengan mengirimkan kisah inspiratif, kesaksian, renungan, pendapat Anda tentang isu sosial atau berita yang terjadi di lingkungan dan gereja Anda dengan mengirimkannya ke alamat email : [email protected].


Sumber : Pdm. Joel Nababan, S.Th
Halaman :
1

Ikuti Kami