Hubungan Keluarga, Penentu Perilaku Seksual Anak
Sumber: Google

Parenting / 3 July 2015

Kalangan Sendiri

Hubungan Keluarga, Penentu Perilaku Seksual Anak

Theresia Karo Karo Official Writer
6421
Pada kondisi normal dan alamiah, kepuasan seksual umumnya didapat dari kontak seksual berlainan jenis (heteroseksual) antara pria dan wanita. Umumnya, kegiatan seksual ini bertujuan untuk memperoleh keturunan.

Namun belakangan, kemajuan fenomena homoseksual atau hubungan sesama jenis terlihat semakin gencar. Kaum LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) semakin serius menyuarakan persamaan hak nya di negara-negara maju.

Berbagai faktor dapat menjadi penyebab perilaku homoseksual ini. Baik itu dari keluarga, masyarakat, maupun lingkungan eksternal, seperti bacaan atau tontonan porno yang tidak memiliki unsur edukasi. Namun tahukah Anda, bahwa pola hubungan yang buruk dalam keluarga memiliki pengaruh yang lebih besar dalam hal ini? Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
  1. Kehilangan sosok ayah atau ayah yang bersikap dingin. Secara fisik dan kejiwaan ayah biasanya kaku dalam mengungkapkan perasaannya. Selain itu, dia juga jarang terlibat dalam kehidupan anak.
  2. Memiliki ibu yang terlalu besar pengaruhnya dalam keluarga. Atau dengan kata lain, terlalu dominan dalam keluarga.
  3. lbu atau kakak perempuan tidak malu-malu mengganti pakaian atau membuka baju di depan anak atau adiknya yang laki-laki. Mereka menganggap anak laki-laki seperti anak perempuan.
  4. Baik ayah atau ibu jarang mendorong anak laki-laki nya untuk melakukan kegiatan atau sikap pria yang seharusnya dalam diri anak. Demikian sebaliknya untuk anak perempuan.
  5. Bagaimana perasaan ayah atau ibu terhadap jenis kelaminnya sendiri juga akan mempengaruhi identitas seksual anak. 
  6. Perlakuan dan sikap masing-masing orang tua berdasarkan jenis kelamin anak. Misalnya ada ayah yang lebih sayang pada anak perempuannya dan keras pada anak laki-lakinya. Remaja akan menangkap kesan bahwa jenis kelamin wanita lebih disukai di rumah ini dibanding laki-laki. Hal ini membuat anak laki-laki akan berpikir ingin menjadi anak perempuan agar disayang ayah.
Berbagai aktivitas orang dewasa dalam satu rumah memberi dampak perkembangan seksual mereka. Orang tua manapun tentu tidak ingin anaknya tumbuh dan berkembang di luar batas normal. Termasuk dari sisi fisik, kecerdasan, tingkah laku, moral, seksual, dan lainnya.

Oleh sebab itu, sejak dini orang tua perlu memperhatikan perkembangan identitas anak. Bagaimana anak memandang dirinya sebagai laki-laki dan perempuan? Berikut beberapa gejala homoseksualitas yang terlihat pada anak:

  • Anak atau anak remaja cenderung lebih senang bergaul dengan anak-anak berjenis kelamin sama, yang usianya lebih muda.
  • Anak takut berbicara dengan lawan jenisnya.
  • Memakai pakaian yang feminin dan kurang menyukai kegiatan sebagaimana anak laki-laki seharusnya.
  • Anak atau remaja putri berpakaian seperti laki-laki atau menyenangi kegiatan yang biasa dikerjakan laki-laki.
Bila mendapati gejala tingkah yang mengarah kepada kelainan seksual ini, maka haruslah segera dilakukan pembenahan pola hubungan dalam keluarga. Salah satunya adalah dengan berbicara secara terbuka dan terarah kepada anak-anak. Orang tua harus mempersiapkan anak menghadapi masa depan dengan memperkuat identitasnya, sebagaimana laki-laki dan perempuan pada umumnya.

Selain itu, pendekatan agama juga sangat berarti dalam pembentukan pola berpikir dan berperilaku anak. Baiknya, anak ditanamkan nilai-nilai dasar keagamaan. Sehingga saat mereka tumbuh remaja dan menginjak usia dewasa, nilai-nilai agamalah yang nanti tetap menjadi pegangannya.

Anda diberkati dengan artikel ini, yuk share artikel ini di Facebook-mu dan ajak teman-temanmu untuk re-share link artikelnya. Semakin banyak yang re-share, semakin keren hadiahnya. Keterangan lebih lanjut, KLIK DI SINI.

Sumber : Berbagai sumber by tk
Halaman :
1

Ikuti Kami