Ibu 11 Anak Tewas Diracun Karena Percaya Yesus
Sumber: Jawaban.com

Internasional / 29 June 2015

Kalangan Sendiri

Ibu 11 Anak Tewas Diracun Karena Percaya Yesus

daniel.tanamal Official Writer
7886
<!--[if gte mso 9]><xml> Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-fareast-language:EN-US;} </style>

Perbedaan keyakinan masih menjadi sebuah masalah besar di beberapa negara di Afrika. Di timur Uganda, seorang ibu dari 11 anak, tewas diracun karena dirinya bersama sang suami memilih pindah keyakinan menjadi seorang Kristen. Ibu itu bernama Namumbeiza Swabura yang anak terkecilnya masih berusia 5 bulan.

Swabura bersama sang suami Mugoya Muhammad yang tinggal di desa Nabuli, distrik Kibuku, tadinya adalah seorang sheikh (guru agama). Keputusan mereka untuk meninggalkan keyakinannya semula dan memilih percaya kepada Yesus Kristus membuat banyak saudara dan lingkungannya menjadi marah dan sering melakukan ancaman-ancaman. Hal itu menjadi sebuah tragedi setelah Swabura diracun, oleh hidangan makanan ringan dengan bahan baku pisang yang didaerah itu disebut Matoke. Ironisnya, yang mempersiapkan hidangan ini tak lain adalah kakak ipar Swabura, Jafaran Wowa.

Wowa yang berasal dari desa Kanyolo mengunjungi Swabura pada pukul 4 sore. Dan selama satu jam mempersiapkan makanan. Menurut Mugoya, Wowa yang tidak memakan hidangan itu segera meninggalkan rumahnya setelah Swabura memakan seluruh hidangan tersebut. Mugoya yang baru tiba dirumah, menemukan istrinya yang sedang mengeluh kesakitan di bagian perutnya. Swabura menjelaskan bahwa dirinya baru saja memakan hidangan yang disajikan oleh Wowa. Sakit perutnya bertambah buruk hingga Swabura mulai muntah dan dari hidungnya mengeluarkan darah. Nyawa Swabura tak tertolong lagi meski sang suami sedang mengusahakan untuk membawanya ke rumah sakit terdekat. Sang kakak ipar diketahui melarikan diri. Karena tak mampu untuk menanggung biaya jalur hukum dalam kasus ini, Mugoya memilih untuk mengubur sang istri keesokan harinya.

Kepada Morning Star News, Mugoya mengatakan bahwa semenjak mereka mengimani Yesus Kristus, ancaman pembunuhan selalu dilontarkan kepada mereka. “Kami takut untuk tinggal di lingkungan dimana mereka mengancam akan membunuh kami ika kami terus meyakini iman Kristen,” katanya.

Sebuah sumber di daerah itu mengatakan bahwa kemungkinan besar sang kakak ipar sengaja untuk membunuh Swabura bersama sang suami dengan imbalan uang yang besar dari beberapa pihak yang berkepentingan. “Kami menduga bahwa adik Mugoya diberi uang yang banyak untuk melakukan tindakan keji ini. Racun dalam makanan itu sangat mematikan. Seperti racun tikus atau sejenis Bromethalin.”

Sementara itu James Kalaja, pendeta dari New Hope Church di Nabuli, gereja daimana Mugoya dan mendiang sang istri beribadah, mengatakan bahwa di desa tersebut memang bermukim orang-orang yang berbeda keyakinan yang sangat memusuhi umat Kristen. Kalaja mengakui bahwa dirinya bersama keluarga memutuskan untuk pindah dari desa itu setelah anak gadisnya diperkosa oleh penduduk setempat karena perannya sebagai seorang pemimpin Kristen. “Saya hanya bepergian jika melakukan pelayanan pada ibadah minggu saja. Umat Kristen disini mengadapi ancaman. Pemeluk keyakinan mayoritas disini tidak ingin melihat gereja berdiri. Sagat menyedihakn bahwa kita baru saja kehilangan saudarai kami (Swabura). Tentu umat Kristen disini sangat terguncang oleh kematiannya. Kami telah berdoa untuk Mugoya, terutama terhadap hidupnya yang kini tengah diancam untuk dibunuh,” jelasnya.

Uganda telah mengalami kekerasan berlatar belakang agama sejak tahun 1980-an. Hingga saat ini negara itu sedang berjuang melawan penyebaran penyakit AIDS, kemiskinan, separatisme dan juga tindak korupsi yang banyak dilakukan pejabat negara.




Sumber : gospelherald | Daniel Tanamal
Halaman :
1

Ikuti Kami