Cara Keliru Orang Tua Saat Disiplinkan Anak
Sumber: Google

Parenting / 4 June 2015

Kalangan Sendiri

Cara Keliru Orang Tua Saat Disiplinkan Anak

Lori Official Writer
3546

Kekerasan fisik lazimnya menjadi salah satu senjata bagi orang tua untuk mendisiplinkan anak yang melakukan kesalahan. Namun tahukah Anda bahwa konsep hukuman ternyata kurang tepat diterapkan jika ingin memberi efek jera kepada anak.

Tak hanya memukul, orang tua juga keliru ketika melakukan langkah pendisiplinan ini kepada anak.

Mengancam dengan hukuman

Kebanyakan dari orang tua belum menyadari betapa buruknya risiko ketika anak diancam dengan hukuman yang memberatkannya. Misalnya, memukul dengan alat keras atau membiarkannya di luar rumah. Padahal, ketika anak berbuat salah langkah pertama yang patut dilakukan adalah melakukan pendekatan persuasif dan komunikatif, seperti diungkapkan oleh Psikolog anak Ayoe Sutomo.

Mendisiplinkan ketika emosi

Jangan pernah mengambil keputusan ketika Anda emosi atas kelakuan anak. Anda tak harus berteriak pada anak dan menghajarnya tanpa kontrol. Cara yang patut dilakukan adalah menenangkan diri Anda dalam beberapa waktu agar suasana tenang terlebih dahulu.

Sering menyogok anak

Saat hendak meminta anak untuk melakukan sesuatu, Anda seringnya menyogok dengan iming-iming tambahan waktu bermain game atau memberi uang saku lebih. Padahal adalah suatu kewajiban ketika anak bias melakukan sesuatu tanpa diimingi imbalan. Jika Anda melakukannya hamper setiap saat, maka bias saja dia tak akan bisa membedakan Antara sogokan dan kewajiban.

Melanggar aturan sendiri

Banyak orang tua yang seringkali melarang anak untuk melakukan ini dan itu, sementara ia bahkan tidak bisa menjadi contoh yang baik bagi anak. Misalnya saja, seorang ayah yang melarang anak remajanya untuk tidak merokok, sementara setiap hari sang anak secara terbuka menyaksikan ayahnya menghisap rokok dengan nikmatnya. Apabila orang tua membuat aturan, maka diharapkan agar tak melanggar aturan itu juga.

Membiarkan anak berbuat salah

Saat pekerjaan menyita perhatian Anda, seringnya yang menjadi korban adalah anak. Mengapa tidak, bisa saja ketika anak Anda memukul saudaranya lalu Anda tidak memberi respon apapun dalam beberapa waktu lamanya. Lalu dengan tiba-tiba Anda mulai bertindak dan membentak-bentak anak. Sebagai orang tua, seharusnya lebih bersikap sigap ketika anak mulai melakukan tindakan salah. Karena anak akan merasa bahwa Anda tak akan peduli dengan apa yang dilakukannya.

Mengatakan tentang kebohongan

Di masa pertumbuhan, anak biasanya akan lebih mudah mengingat dan menirukan sesuatu yang didengar dan dilihatnya. Wajar jika anak akan belajar karakter seperti orang tua yang kerap berinteraksi dengan mereka. Nah, agar anak tumbuh dengan pola pikir yang benar, maka jangan membiasakan untuk mencekokinya dengan kebohongan-kebohongan yang hanya merusak kepercayaannya. Sebab kelak, ketika sudah tumbuh dewasa ia akan mengingat kebohongan itu dan tak lagi mempercayai Anda.

Pertumbuhan anak ditentukan dari pola asuh orang tua, tentang bagaimana mendisiplinkan anak ketika melakukan kesalahan, mengajarkan tentang bersikap benar dan mau menaati peraturan yang berlaku di rumah. Bangunlah komunikasi yang tepat dengan anak, ada saat untuk Anda didengarkan oleh anak dan ada saat untuk mendengarkan mereka. Jangan ragu untuk mendiskusikan berbagai hal dengan anak ketika hal itu Anda anggap penting. 

Sumber : Tabloidnova.com/jawaban.com/ls
Halaman :
1

Ikuti Kami