Eksekusi Mati Membuat Indonesia Dianggap Hilang Belas Kasihan

Internasional / 3 May 2015

Kalangan Sendiri

Eksekusi Mati Membuat Indonesia Dianggap Hilang Belas Kasihan

daniel.tanamal Official Writer
3410
<!--[endif]-->

Selain keputusan eksekusi mati yang diprotes berbagai kalangan, ada hal lain yang dinilai wajib menjadi catatan bagi para pelaksana hukum di Indonesia dalam memperlakukan para terpidana mati. Salah satu pendamping keluarga terpidana mati, Pendeta Matius Arif Mirjaja menyayangkan adanya hal-hal yang tidak etis yang terjadi pada para terpidana mati.

Salah satunya adalah peredaran foto-foto bergambar kayu salib untuk pemakaman terpidana mati yang akan dieksekusi khususnya duo 'Bali Nine' Myuran Sukumaran dan Andrew Chan. "Ini sudah beredar di media sosial, salib-salib mereka sudah beredar di media sosial, tanggalnya sudah ada," katanya di Dermaga Wijayapura, Cilacap, Jawa Tengah, Senin (27/4), sambil menunjukkan foto-foto bergambar kayu salib untuk pemakaman para terpidana mati yang beragama Nasrani.

Matius Arif Mirjaja
yang menjadi pendamping keluarga Andrew Chan dan Myuran Sukumuran, memperlihatkan dimana pada kayu salib dalam foto-foto itu tertuliskan nama-nama terpidana mati lengkap dengan tanggal kematiannya, yakni 29.04.2015. Meskipun peredaran foto-foto itu dilakukan masyarakat, dia mengatakan bahwa negara yang memerintahkan penulisan nama terpidana mati dan tanggal kematiannya pada kayu salib tersebut.

"Yang kasih perintahnya siapa? Kan negara. Ini teror negara terhadap orang-orang yang seperti ini, mereka enggak mampu, bilangnya belum ada, tetapi tanggal sudah ditulis, tanggal matinya orang, apakah enggak ada dasar moralnya, dimana moralitas kita, belum dirilis resminya tetapi tanggalnya sudah ditulis," katanya.

Dirinya juga menuturkan bahwa rencana eksekusi hukuman mati itu sangat menyedihkan dan terlalu berlebihan karena Indonesia akan dicatat sebagai bangsa yang membunuh pendeta. "Sewaktu mereka (Andrew dan Myuran, red) datang ke ruang besukan, tangan mereka diborgol. Sampai kita pelukan, tangan mereka masih diborgol setelah itu baru dibuka borgolnya oleh petugas. Kita akan dicatat dalam sejarah sebagai bangsa yang kehilangan belas kasihan. 10 tahun yang lalu mereka salah, mereka mengakuinya, dan tidak pernah menyangkal bahwa mereka salah, tetapi kemudian waktu mengubah mereka," katanya, seperti dikutip Antara.

Kejaksaan Agung
telah mengeksekusi 8 terpidana mati di Pulau Nusakambangan, Rabu dini hari (29/4).

Sumber : Berbagai Sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami