Cinta Iftekhar Murtaza dan Marissa Star Bilotti
daniel.tanamal Official Writer
Cinta bersemi di dalam penjara adalah sebuah judul artikel di surat
kabar Register, Selasa, 28 Juni 2011. Kisah ini menceritakan pernikahan
dua narapidana, Iftekhar Murtaza dan Marissa Star Bilotti, dalam penjara
Santa Ana, California. Iftekhar seorang pemuda non-Kristen berusia 26
tahun, akan dikenakan hukuman mati atas pembunuhan tingkat pertama yang
dilakukannya pada tahun 2007. Ia membunuh ayah dan saudara perempuan
bekas pacarnya dengan cara yang sangat sadis, sementara sang ibu
menderita luka parah.
Sedangkan Bilotti gadis berusia 20 tahun, akan
menjalani hukuman selama 32 tahun atas keterlibatannya membantu mantan
pacarnya melakukan pembunuhan. Kedua sejoli ini bertemu di penjara,
saling jatuh cinta, dan berkomunikasi melalui surat. Pada akhirnya
dengan pertolongan pengacara, Senin, 27 Juni 2011, mereka melakukan
pernikahan yang berlangsung selama 5 menit. Masing-masing keduanya
membawa Alkitab. Ketika diwawancarai, Bilotti menyatakan, Kami telah
berjanji di hadapan Tuhan tidak akan pernah berpisah selain maut yang
memisahkan. Kami saling bersurat dan kita berdua juga membaca Alkitab.
Ibu saya memberikan saya sebuah Alkitab dan dia ingin saya menjelaskan
Alkitab kepadanya. Sementara Murtaza menyatakan, Dia seorang yang sangat
cantik, memiliki hati yang sangat baik. Kita hanya menyerahkan pada
Tuhan untuk menyelesaikannya. Tuhan telah melakukan sebuah mujizat
dengan mempertemukan kami berdua.
Ini merupakan kisah cinta yang
menyentuh hati. Murtaza, bermula dari seorang pemuda non-Kristen, juga
pembunuh yang sadis. Namun bertemu dengan seorang gadis cantik yang
membawanya pada akhir kehidupan yang indah karena berjumpa dengan Tuhan.
Bilotti, pemudi yang menempuh jalan yang salah sehingga membawanya
untuk hidup di penjara, namun mengalami pertemuan dengan Tuhan dan
menjadi pemenang jiwa. Murtaza memang akan mengalami kematian di kursi
mati, namun ia tidak akan mengalami kematian di Neraka. Kisah ini
mengingatkan kita pada seorang penjahat yang tergantung di kayu salib
bersama Yesus, namun mengalami keselamatan di akhir hidupnya. Kisah yang
mengharukan perasaan kita akan kebesaran kasih pengampunan Tuhan, yang
juga mengajarkan kebenaran bahwa akhir kehidupan jauh lebih penting dari
sebuah permulaan.
Hal ini yang dinyatakan Yesus dalam Mat 19:30. Banyak
orang memulai hidupnya dengan tidak memercayai Tuhan, namun pada
akhirnya mereka bertemu Tuhan, begitu pula sebaliknya. Kasih Tuhanlah
yang memampukan kita untuk tetap setia padaNya sampai akhir. Oleh karena
itu, marilah kita terus menjaga agar kehangatan kasih dari Tuhan tetap
berkobar dan akan menjamah kehidupan orang-orang di sekitar kita. Mari
kita berhenti memandang rendah dan menghakimi orang berdosa, karena
mereka juga adalah biji mata Tuhan.
Sumber : manna sorgawi
Halaman :
1