Balas Dendam Caitlin, Seorang Korban Bully
Sumber: Toronto Sun

Kata Alkitab / 16 October 2014

Kalangan Sendiri

Balas Dendam Caitlin, Seorang Korban Bully

Theresia Karo Karo Official Writer
9513
Saat kita diperlakukan dengan kasar, baik itu lewat kata dan tindakan, tentu hal ini akan menimbulkan rasa kesal, sakit hati bahkan hingga ingin membalas perbuatan orang tersebut. Atau bisa juga lebih memilih untuk diam dan pasrah.

Beberapa waktu belakangan, di beberapa media terdapat pemberitaan yang mengindikasikan kekerasan dalam sekolah yang dilakukan oleh anak sekolah di tingkat dasar. Dituliskan, terdapat sekelompok siswa yang melakukan aksi kekerasan kepada salah satu siswa. Selain menimbulkan luka bagi korban, hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran bagi para orang tua. Istilah umum yang sering didengar untuk kasus semacam ini adalah bully.

Kali ini kita tidak akan membahas bagaimana bully terjadi atau di mana saja kasus ini paling banyak ditemui. Namun, kita akan belajar dari seorang korban bully yang bernama Caitlin Prater-Haacke. Gadis yang duduk di sekolah kelas 11 ini menjadi sasaran bullying dalam bentuk cyber dan terror. Melalui akun media sosial Facebook dan di loker sekolahnya, ia menerima note yang menuliskan agar dirinya mati saja.

Setelah peristiwa ini, ia kemudian menceritakannya kepada sang ibu. Khawatir, sang ibu kemudian melaporkan hal ini ke pihak sekolah, tetapi sekolah tidak mengambil tindakan apapun. Hal yang berbeda ditunjukkan oleh Caitlin, dalam kasus ini sebagian anak mungkin akan merasa sangat takut dan tertekan, tetapi keesokan harinya ia menempelkan memo pada setiap loker temannya.

Bukan celaan yang dituliskan, melainkan kata-kata motivasi, dukungan, dan kalimat positif. Yang disayangkan adalah justru Caitlin ditegur oleh pihak sekolah. Hal ini menimbulkan kekecewaan di hati ibu Caitlin. Sebab sekolah tidak menanggapi kasus bully yang diterima anaknya, malah menegur anaknya saat melakukan hal positif.
 
Mendengar hal ini, komunitas lokal memberikan dukungan pada Caitlin dan ibunya. Apa yang dialami remaja ini membuat komunitas tersebut menentang bullying, memperjuangkan hak dan perlindungan bagi Caitlin. Tidak berhenti di situ, komunitas ini bahkan membuat kampanye ‘Post It Day’, yakni hari di mana kita dapat memberikan memo positif pada rekan-rekan.

Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan aura positif kepada siapapun, karena kita tidak akan tahu bila seseorang sedang menjerit minta tolong di balik tawanya atau mungkin saja sedang mengalami hari yang buruk. Sangat jarang kita temukan kisah yang sangat bijaksana dari seorang anak remaja. Caitlin mengajarkan kita bagaimana cara menolong mereka yang di bully, sekaligus bagaimana menghadapi orang yang mem-bully dengan sikap yang positif.

Terdapat satu istilah asing yang menyebutkan, “The best revenge is just moving on and getting over it. Don’t give someone the satisfaction of watching you suffer.” Tanamkan ini di setiap kita, bahwa tidak perlu membalas dendam dengan sama kejinya. Karma terbaik adalah saat kita tidak terpengaruh dengan perbuatan jahat orang lain. Sebaliknya, kita justru mampu meningkatkan sikap positif dalam diri kita sendiri.
Sumber : Vemale/Youtube.com by tk
Halaman :
1

Ikuti Kami