Gereja-gereja seperti Katolik, Protestan, Methodist dan Anglikan menyalurkan sejumlah bantuan berupa makanan dan tempat tidur. Mereka mendistribusikan lebih dari 1000 potong roti bagi para demonstran. Tak hanya itu, mereka bahkan turun langsung ke lokasi unjuk rasa dan menggelar ibadah doa.
Seperti diberitakan UCA News, Rabu (1/10), salah satu anggota gereja dan juga seorang profesor politik di City University of Hong Kong, Joseph Cheng Yu-shek menjelaskan alasan kuat dukungan gereja di balik protes pro-demokrasi itu. “Kristen di Hong Kong, mereka melihat perkembangan ekonomi tak menumbuhkan toleransi beragama yang lebih baik di China. Jadi meski ekonomi, standar hidup dan keterbukaan terhadap dunia luar meningkat, toleransi agama Kristen tetap saja masih belum baik. Penganiayaan bahkan semakin marak belakangan ini,” ujar Yu-shek.
Senada dengan pernyataan Yu-shek, seorang pensiunan Uskup Katolik Hong Kong, Kardinal Joseph Zen menegaskan bahwa orang Kristen harus terlibat dalam perjuangan. “Ini saatnya kita benar-benar menunjukkan bahwa kita ingin bebas dan tidak menjadi budak. Kita harus bersatu bersama-sama,” katanya.
Seperti diketahui demonstrasi besar-besaran Hong Kong itus dilakukan oleh ribuan pelajar. Uniknya, aksi itu bahkan dipimpin oleh seorang pelajar muda Kristen berusia 17 tahun bernama Joshua Wong. Wong berasal dari keluarga Kristen yang mengecap pendidikan di sebuah sekolah swasta, America Christian College. Ia mulai aktif menyuarakan penyimpangan kebijakan pemerintah sejak berusia 15 tahun. Dalam aksi ini, Wong dan ribuan pelajar lainnya menolak rencana pemerintah Tiongkok membatasi sistem demokrasi Hong Kong pada tahun 2017.
Sumber : Huffingtonpost.com/Ucanews.com/ls