Pikiran Seorang Ayah Dalam Menjadi orang tua Kristen
Sumber: seragam-sekolah.com

Pelayanan Anak / 14 September 2014

Kalangan Sendiri

Pikiran Seorang Ayah Dalam Menjadi orang tua Kristen

Hevi Teri Official Writer
2121

MENGAMANKAN MASA DEPAN MEREKA

http://www.jawaban.com/assets/uploads/hevi_teri/images/main/140910102231.jpgSebagai orang tua, kita harus berusaha untuk memberikan lingkungan yang baik untuk anak-anak kita dan menjadi penasehat mereka. Ketika Abraham telah tua dan lanjut umurnya, ia mengatur untuk menikahkan Ishak dengan membuat hambanya yang sudah tua bersumpah pada Tuhan bahwa ia tidak akan mengambil istri bagi Ishak dari anak perempuan orang Kanaan (Kej 24:1-4). Ini adalah untuk memastikan bahwa iman Ishak tidak akan rusak atau dikompromikan oleh praktek-praktek keagamaan bangsa asing di tanah mereka.

Ketika Daud tahu bahwa waktunya sudah habis, ia mendesak Salomo untuk berjalan dalam jalan Tuhan dan mematuhi perintah-perintah-Nya. Dia memperingatkan Salomo tentang Yoab dan Simei, dan memerintahkan dia untuk menunjukkan kebaikan kepada Barzilai (1 Raj 2:1-10). Ini meningkatkan kewaspadaan Salomo dan memungkinkan dia untuk melihat dan mempersiapkan diri untuk bahaya depan.

Kita harus melakukan bagian kita untuk menciptakan lingkungan spiritual yang baik bagi anak-anak kita. Persiapan untuk masa depan anak-anak kita harus disertai dengan doa kita sehari-hari bagi mereka:

Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya: "Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati." Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa. (Ayub 1:5)

Ayub bangun pagi hari demi membuat korban bakaran atas anak-anaknya. Melakukan hal tersebut mencontohkan kedisiplinan diri, pengabdian dan dedikasi terhadap putra-putrinya. Seperti Ayub, kita harus terus-menerus khawatir tentang pendirian anak-anak kita di hadapan Allah, sebuah masalah yang dapat kita bawa kepada Allah untuk kepentingan mereka.

 

REFLEKSI AKHIR

Menjadi Ayah adalah pengalaman yang berharga. Bagi beberapa orang, imbalannya mungkin adalah kebanggaan menyaksikan keberhasilan dan prestasi mereka dalam dunia atau melihat anak-anak mereka menjalani kehidupan bahagia dalam memulai keluarga mereka sendiri. Bagi yang lain, mungkin menerima cinta dan rasa terima kasih anak-anak mereka sebagai balasannya.

Untuk saya, hadiah utama menjadi ayah diringkas dalam kata-kata ini :

"Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran." (3 Yoh 1: 4).

 

by. Philip Shee-Dubai, Uni Emirat Arab

Sumber : google
Halaman :
1

Ikuti Kami