Pikiran Seorang Ayah Dalam Menjadi orang tua Kristen
Sumber: www.lihat.co.id

Pelayanan Anak / 11 September 2014

Kalangan Sendiri

Pikiran Seorang Ayah Dalam Menjadi orang tua Kristen

Hevi Teri Official Writer
1845

" Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan”. (Ef 6:4)

Sebagai seorang Kristen, menjadi seorang ayah adalah tanggung jawab penting yang diberikan oleh Allah untuk memelihara dan membesarkan anak-anak di dalam Tuhan. Karena Alkitab menggambarkan anak-anak sebagai "warisan dari Tuhan" (Mzm 127:3), peran seorang ayah tidak bisa dianggap enteng.

Ayah harus memahami bahwa fungsi utama mereka tidak hanya untuk menyediakan kebutuhan jasmani anak-anak mereka saja, tetapi juga untuk mendukung dan mendidik mereka. Sementara penyediaan kebutuhan sehari-hari dan pendidikan adalah hal yang penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah bahwa ayah membesarkan anak-anak mereka dengan firman Allah, menanamkan nilai-nilai Kristen yang tepat.

 

MELAKUKAN HAL YANG MELEBIHI PENGAJARAN YANG ADA

" Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Kristus, kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu."(1 Kor 4:15)

Paulus tidak memiliki anak kandung. Namun, dalam pelayanannya, ia menganggap dirinya bukan sebagai pengajar, tapi seorang ayah. Sikap Paulus yang seperti  seorang ayah dalam pelayanannya menyoroti pemahaman umum: bahwa seorang ayah harus mengambil minat kuat dalam mengusahakan iman anak-anaknya dari pada pengajar lainnya.

Meskipun pendidikan melibatkan menginformasikan dan mengajar siswa, seorang ayah harus melampaui itu dan juga berfungsi sebagai panutan. Paulus mendesak jemaat Korintus untuk "mengikutii teladanku" (1 Kor 4:16) dan menambahkan lebih lanjut, "tirulah teladanku, sama seperti aku juga mengikut Kristus" (1 Kor 11:1). Hal ini mengingatkan kita bahwa perilaku seorang ayah harus mencerminkan contoh nilai-nilai Kristen.

Seorang  ayah tidak boleh meremehkan kemampuan anak untuk mengamati orang lain dalam kehidupan sehari-hari mereka dan kecenderungan alami mereka untuk meniru orang di sekitar mereka. Karena itu, bayangkan ironi seorang ayah mengajari anak-anaknya untuk menjadi rendah hati, tetapi kemudian dilihat oleh anak-anaknyamenyombongkantentang prestasi diri  sendiri atau prestasi anak-anaknya kepada kerabat. Atau, jika seorang ayah memberitahu anak-anaknya tentang pentingnya memperhatikan selama ibadah gereja, tetapi tertidur di samping mereka selama khotbah. Situasi seperti ini adalah tidak lazim dan mencerminkan ketidakkonsistenan perintah dan perilaku kita.

Kapan terakhir kalinya anak-anak kita menyaksikan kita kehilangan kesabaran kita saat berkendara? Apakah mereka mendengar kita mengeluh terhadap Allah ketika hidup kita bergolak? Ketidakkonsistenan perilaku dan perintah kita dapat menyebabkan kebingungan, mengirimkan sinyal yang saling bertentangan, dan bahkan "memprovokasi anak-anak kita untuk murka" ketika kita memberi mereka petunjuk untuk melakukan hal yang benar.

Sebagai ayah, maka kita perlu untuk terus membangun rohani kita sendiri, dan sadar akan perilaku kita, terutama dihadapan anak-anak kita. Ishak pasti mengamati iman Abraham dan kehidupan ibadahnya seiring Ishak tumbuh dewasa. Hal ini terbukti dalam kemampuannya untuk meminta Abraham tentang ritual dalam persembahan korban bakaran: " Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" (Kej 22:07).

Apakah anak-anak kita bangun di pagi hari karena suara doa kita? Apakah mereka melihat kita sibuk membaca Alkitab ketika mereka datang dan mengucapkan kita selamat malam sebelum mereka pergi tidur? Apakah mereka akrab dengan kebiasaan saat teduh kita dan kecintaan kita kepada kidung pujian, membaca Alkitab dan berdoa setiap hari? Apakah mereka mengalami sukacita dan damai yang datang saat kita menempatkan kepercayaan kita kepada Tuhan sebagai sebuah keluarga? Akankah kesan ini muncul dalam pikiran mereka seiring berbagai tantangan hidup yang mereka lalui?

Semua pertanyaan ini harus terlintas di pikiran seorang ayah Kristen secara konsisten seiring ia berusaha untuk memperbaiki dirinya di hadapan Allah.

 

by. Philip Shee-Dubai, Uni Emirat Arab

Sumber : google
Halaman :
1

Ikuti Kami