Moralitas Anak Berkembang dari Waktu ke Waktu-4
Sumber: www.asuransibank.com

Pelayanan Anak / 8 September 2014

Kalangan Sendiri

Moralitas Anak Berkembang dari Waktu ke Waktu-4

Hevi Teri Official Writer
1292

eunike

3. Perkembangan dari ‘formalitas’ menuju ‘intensionalitas’
Yesus mengatakan;"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."(Matius 22:37-40). Perkataan Yesus yang juga mengutip kitab Ulangan 6:5 ini menunjukkan tingkat pemahaman moral orang Farisi yang lebih mementingkan ketaatan kepada hukum tertulis daripada motivasi yang mendorong ketaatan terhadap hukum Taurat. Kita boleh saja melakukan semua kewajiban dan upacara agama. Namun tanpa kasih kepada Allah maupun sesama, tindakan kita seringkali hanya berarti kemunafikan besar. Sebaliknya, tindakan kita bisa salah. Namun sama seperti Yakub, kita dibenarkan karena mempunyai iman yang benar. Tentu saja pada akhirnya kasih kita kepada Allah dan sesama seharusnya mendorong kita menghasilkan buah perbuatan baik. Dalam hal ini perbuatan baik adalah akibat dari iman dan bukan upaya untuk memperoleh pembenaran Allah.
Maksud di balik perbuatan seseorang haruslah menjadi perhatian pula dalam tugas orangtua mendidik anaknya. Dengan demikian anak dapat memahami bahwa yang dikehendaki Allah yang terutama bukanlah kebajikan lahiriah atau persembahan kita, melainkan hati yang mengasihi Allah.

 

4. Perkembangan dari ‘kepentingan diri’ menuju ‘kepentingan orang lain’
Tahap awal perkembangan moral anak adalah egosentris, karena anak masih memusatkan perhatian pada dirinya. Tujuan suatu perbuatan adalah kesenangan pribadi dan kenikmatan. Bila perkembangan berjalan baik, barulah pada usia yang lebih dewasa individu dapat melihat kepentingan orang lain dalam melakukan tindakan moralnya. Bukan itu saja, pengorbanan kepentingan diri dapat dilakukan demi kesejahteraan orang lain. Pada tahap ini individu baru dapat mengerti lebih mendalam perkataan Yesus dalam Yohanes 10:11-12; "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu."

 

>>>>>

by. Heman Elia, M.Psi. (Buletin Pendidikan Iman Anak)

Sumber : google
Halaman :
1

Ikuti Kami