Mengarahkan Sikap Hati Anak (IMPLIKASI TUGAS PRAKTIS ORANGTUA)
Sumber: javanews.co

Pelayanan Anak / 26 August 2014

Kalangan Sendiri

Mengarahkan Sikap Hati Anak (IMPLIKASI TUGAS PRAKTIS ORANGTUA)

Hevi Teri Official Writer
1813

Konsep Dasar prinsip ini berada di dalam Amsal 4:23: “Dari hati terpancar kehidupan”. Ada beberapa hal yang orangtua dapat lakukan untuk mengarahkan sikap hati anak kepada Allah:

1.Membimbing anak untuk menjadi ciptaan yang menyembah Allah.
Jadikanlah suatu kebiasaan rutin di dalam keluarga untuk senantiasa menyembah Tuhan. Family altar ataupun puji-pujian yang spontan dan natural pada saat bermain dengan anak, dan sudah barangtentu keterlibatan anak dalam ibadah di gereja baik bersama orangtua dalam kebaktian keluarga ataupun tanpa orangtua dalam kebaktian sekolah minggu.

2. Mengarahkan hatinya untuk menghormati dan mengutamakan Allah.
Dalam menentukan acara hari minggu, bagaimana orangtua mengutamakan ibadah daripada rekreasi. Mengingatkan anak untuk menyebut nama Tuhan dengan sikap hormat, berdoa dengan sikap hormat, juga mengutamakan Tuhan di atas segala mainan, film, atau acara yang ia sukai. Senantiasa menunjuk kepada Tuhan pada saat suka maupun duka.

3. Mengajarkan anak untuk mengetahui standard kehendak Tuhan.
Orangtua harus fleksibel terhadap ketidak matangan anak, misalnya: anak 1 tahun memecahkan barang (karena ia belum bisa betul-betul memegang suatu objek dengan kuat), atau cerita imaginasi untuk anak 2 tahun yang nampaknya seperti kebohongan (karena anak belum bisa membedakan realita dan imaginasi). Akan tetapi orangtua harus tegas menunjukkan kepada anak hal-hal yang pada naturnya adalah keberdosaan manusia. Misalnya: keegoisan, pemberontakan terhadap otoritas, kebohongan. Hal-hal tersebut bukan menunjukkan kekanakkan anak, akan tetapi pusat penyembahan di dalam hati anak.

4. Menunjukkan kepada anak bahwa orangtua adalah agen Allah.
Dalam memberikan teguran atau disiplin. Orangtua harus menunjukkan kepada anak bahwa yang mereka lakukan (bahkan jika harus memukul sekalipun) adalah pertanggung jawaban orangtua kepada Tuhan, dan bukan karena kemarahan orangtua.
Sebagai contoh suatu percakapan yang lembut dan tegas:
“Apakah kamu tidak mau menuruti perintah papa?”
“Tidak”
“Apakah kamu ingat apa yang Tuhan katakan kepada papa jika kamu tidak taat?”
“Memakai tongkat?”
“Betul! Papa harus memukul kamu. Kalau tidak, berarti papa tidak taat pada Tuhan. Kamu dan papa bersalah kepada Tuhan. Tuhan mau papa ingatkan kamu dengan tongkat bagaimana seharusnya menjadi anak yang sesuai kemauan Tuhan. Tuhan sayang kamu dan Tuhan ingin menunjukkan dengan segala cara melalui papa bagaimana kamu hidup seharusnya”.

Melalui percakapan ini anak mengerti bahwa ia dipukul bukan karena orangtuanya membencinya atau jahat kepadanya, akan tetapi karena orangtua berusaha taat pada Tuhan.

5. Berdoa untuk hati anak
Dan yang terpenting dari kesemuanya adalah mendoakan hati anak. Sejak dalam kandungan, bahkan sebelum ia diciptakan, doakanlah supaya anak anda dikaruniakan anugerah iman untuk mengarahkan seluruh hidupnya kepada Allah.

Pentingnya sikap hati yang mengarah kepada Tuhan

      Kejadian-kejadian dalam Alkitab menunjukkan bahwa penentu utama dalam pembentukan anak bukanlah lingkungan akan tetapi bagaimana seseorang mempunyai sikap hati kepada Allah.

      Yusuf mempunyai pengalaman hidup masa kecil yang jauh dari ideal. Ibunya meninggal pada saat ia masih muda. Ia menjadi anak yang khusus bagi ayahnya. Mimpi-mimpinya menjengkelkan saudara-saudaranya, dia dibuang, digoda oleh wanita kaya, dan masuk dalam penjara. Jika manusia hanyalah hasil dari pengaruh lingkungan, apakah yang akan kita dapatkan? Tentu yang kita peroleh adalah orang yang sinis, penuh kepahitan, kemarahan dan kecurigaan kepada lingkungannya. Tapi apa yang akhirnya terjadi? Yusuf yang diberikan anugerah iman untuk mengarahkan hati kepada Allah berkata kepada orang-orang yang sudah membuat hidupnya sengsara: “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” Di tengah-tengah pengaruh lingkungan yang sulit, Yusuf mempercayakan dirinya kepada Allah. Allah membuat dia menjadi seseorang yang memberikan responnya berdasarkan sikap hati yang menyembah Allah. Orientasi hidupnya bukanlah dirinya sendiri tapi maksud Allah yang besar dan yang tidak terduga.

 

 


Halaman :
1

Ikuti Kami