Gereja Saint Porphyrius di Kota Gaza telah menjadi tempat pengungsian umat Muslim Palestina sudah hampir dua pekan. Di tengah konflik mengerikan yang mengancam kenyamanan hidup mereka, para pengungsi Muslim Palestina harus menerima kenyataan tidak merayakan hari raya idul fitri dengan damai dan kusyuk.
Kondisi ini memaksa mereka untuk beribadah dan merayakan idul fitri di gereja. Meski menggamabrakn suasana harmonis dan toleran, namun ketegangan masih terus menyerang. “Orang Kristen dan Muslim mungkin merayakan Idul Fitri bersama-sama di sini. Namun tahun ini, itu bukan HHari Raya Idul Fitri tetapi pesta para martir,” kata salah seorang Muslim bernama Sabreen al-Ziyara.
Sekitar 500 pengungsi Muslim memadati gereja tua ini dan diberi pelayanan berupa makanan dan minuman. Mereka pun dipersilahkan menggelar ibadah sholat di gereja. Sepanjang berlangsung puasa, pihak gereja bahkan menghormati umat Muslim dengan tidak makan dan minum di depan pengungsi.
“Tentu saja orang-orang Kristen tidak berpuasa, tetapi mereka dengan sengaja tidak makan di depan kami pada siang hari. Mereka tidak merokok atau minum di sekitar kami,” kata seorang pengungsi lainnya bernama Mahmud Khalaf.
Dengan itu pula ia mengaku bahwa gereja menyambut mereka dengan terbuka sebagai saudara. Saat memasuki haman Gereja Saint Porphyrius di Kota Gaza, para pengunjung akan disambut dengan ucapan "marhaban" (selamat datang) oleh orang-orang Kristen, tetapi dengan "al-salamu aleikum" oleh sebagian besar penghuninya.
Perang antara Israel dan Palestina bahkan menciptakan keharmonisan dan persatuan antar umat beragama di Gaza dimana mereka sama-sama mengharapkan agar perang yang telah menelan banyak korban itu segera berakhir.
Baca Juga Artikel Lainnya:
Inilah Beragam Kiriman Ucapan Selamat Untuk Jokowi
Sri Hartati, Tinggalkan Pekerjaan Demi Selamatkan Anak Dari Narkoba
6 Tanda Anda Butuh Berhenti Bicara
Gereja Ortodoks Yunani Tampung Pengungsi Muslim Gaza
Sumber : Kompas.com/Jpnn.com/ls