MENGENALKAN ANAK PADA IBADAH DI GEREJA_5
Sumber: google

Pelayanan Anak / 25 May 2014

Kalangan Sendiri

MENGENALKAN ANAK PADA IBADAH DI GEREJA_5

Hevi Teri Official Writer
2313

Pada umumnya, lebih baik seorang anak mengikuti acara yang dirancang

  untuk memenuhi kebutuhan khusus anak daripada dipaksa mengikuti
  acara untuk orang dewasa yang sama sekali tidak dirancang untuk
  memenuhi pemahaman dan minat anak. Sementara anak bertumbuh,
  jangkauan perhatiannya akan semakin luas. Saatnya akan tiba ketika
  apa yang dibicarakan dan dinyanyikan dalam kebaktian orang dewasa
  menarik minat mereka, karena sesuai dengan perhatian dan kebutuhan
  mereka. Tetapi, hal ini tentunya tidak terjadi pada tahun-tahun
  pertama usia mereka. Pada banyak gereja, karena bentuk atau sistem
  yang dipakai dan panjangnya waktu kebaktian, kebanyakan anak tidak
  dapat memahami dan berpartisipasi secara konsisten dalam kebaktian
  sebelum mereka menginjak usia remaja.
 
  Lalu, bagaimana anak dapat belajar untuk duduk diam di gereja? Anak
  akan belajar saat ia mulai tumbuh menjadi lebih dewasa dan pada saat
  itu, sistem saraf mereka sudah lebih matang. Memaksa anak yang
  cenderung aktif untuk menjadi tidak aktif, hanya akan membuat anak
  memandang gereja sebagai tempat yang tidak menyenangkan. Seperti
  yang dikatakan Timmy kecil saat diberitahu bahwa Allah tidak
  menyukai kegaduhan yang dibuatnya, "Apakah Allah tidak menyukai
  anak-anak kecil?"
 
  Salah satu cara untuk menolong anak mengembangkan rasa hormat adalah
  pemberian teladan dari orang dewasa. Anak-anak tidak menyaksikan
  orang dewasa berjalan hilir mudik di ruang pertemuan, berteriak di
  tengah orang banyak atau menerbangkan pesawat kertas dalam ruangan.
  Tetapi yang dilihat anak-anak di gereja adalah orang-orang dewasa
  yang melakukan semua hal normal yang mereka lihat di tempat lain:
  berdiri sambil berbicara dengan teman-temannya, tertawa, dan
  terkadang makan-minum. Bagi anak, perilaku orang dewasa di dalam dan
  di sekitar gedung gereja tidak berbeda dengan perilaku mereka di
  rumah, di toko, atau di tempat-tempat umum lainnya. Lalu, mengapa
  perilaku anak diharapkan berbeda dari kegiatan-kegiatan normal
  mereka di rumah ataupun di sekolah? Orang dewasa seringkali
  melakukan hal-hal yang amat membingungkan dengan menerapkan standar
  ganda yang tidak mencolok, melalui pernyataan bahwa kita harus
  menghormati ruang kebaktian dengan melarang anak-anak melakukan
  tindakan-tindakan tertentu.
 
  Orang Kristen yang mendambakan agar anak-anak bertumbuh di
  lingkungan gereja harus memiliki kepastian dulu bahwa gereja dapat
  menerima anak sebagaimana adanya, bukan seperti yang diharapkan atau
  kelak diharapkan oleh orang dewasa. Hal ini bukan berarti anak-anak
  diizinkan berlari-lari seenaknya. Tetapi, anak-anak ini layak
  dihargai seperti orang dewasa -- manusia berharga karena keberadaan
  mereka saat ini -- bukan hanya karena suatu hari mereka akan menjadi
  orang penting.

>>>>

by. Wes Haystead ( Yay. Gloria, Jogj )
Sumber : google
Halaman :
1

Ikuti Kami