Niat Kejam yang Terselubung

Kata Alkitab / 15 May 2014

Kalangan Sendiri

Niat Kejam yang Terselubung

Yenny Kartika Official Writer
4578

Kemarahan kadang muncul saat kita menyaksikan ketidakadilan. Di sisi lain, kemarahan yang terus-menerus bisa berkembang menjadi niat jahat. Terkadang, tanpa sadar kita berharap bisa menghancurkan orang yang telah menyakiti—entah dengan menggunakan senjata atau dengan kata-kata pedas.

Beberapa tahun lalu, saya pernah bermusuhan dengan salah seorang rekan kerja. Masa itu adalah masa yang kelam dan berlangsung begitu lamanya. Sayapun bercerita kepada seorang teman. “Rasanya tidak enak mengatakan hal ini…tapi sejujurnya saya ingin dia mati,” kata saya menceritakan permusuhan tersebut. Begitu tersiksanya saya dengan kemarahan ini sehingga saya sampai menginginkan kematian dia. Kemarahan yang saya pikir bisa dibenarkan rupanya telah menggiring saya menjadi pribadi kejam—dan ini benar-benar salah.

Bagi para pemuka agama yang mematuhi 10 Perintah Allah di zaman Perjanjian Baru, apa yang saya lakukan bukanlah pembunuhan ([kitab]Keluar20:13[/kitab]). Namun Yesus melihat melampaui tindakan pembunuhan itu sendiri; Dia melihat akar dari perbuatan tersebut. Dosa yang sebenarnya adalah kemarahan ([kitab]Matiu5:22[/kitab]), dan membunuh hanyalah salah satu cara untuk melampiaskan kemarahan tersebut.

Kata “raca” atau kafir di Matius 5:22 berasal dari bahasa Aram, digunakan untuk mencaci-maki kepintaran seseorang. Persamaan “raca” adalah “tolol” atau “idiot”. Sementara kata “mōre” berasal dari bahasa Yunani yang artinya “bodoh”. Kata ini dipakai untuk mengekspresikan kebencian dan cacian untuk merusak karakter seseorang. Istilah ini dipakai untuk melabeli seseorang tidak berharga atau tidak berguna. Betapa kejamnya kedua kata tersebut, bukan? Penghinaan dengan kata-kata itu sangat tidak manusiawi, merendahkan harga diri seseorang, dan menimbulkan perusakan jati diri. Yesus memperingatkan kita bahwa kata-kata tersebut dapat mendatangkan hukuman ([kitab]Matiu5:22[/kitab]).

Semua umat manusia—bahkan musuh kita—diciptakan sesuai dengan gambar Allah ([kitab]Kejad1:27[/kitab]). Mereka harus dihargai. Kemarahan terkadang menjadi respon alamiah kita terhadap kesalahan orang lain, namun kasih seharusnya menjadi karakter yang mencerminkan siapa kita ([kitab]Matiu5:44[/kitab]; [kitab]matiu22:37-39[/kitab]). Sebagai manusia, saya membutuhkan kasih supranatural dari Roh Kudus untuk bisa mengasihi orang lain yang telah bersalah kepada saya (Roma 5:5). Bagaimana dengan Anda?

 

Oleh: Sheridan Voysey (penulis buku, presenter, pembicara)

 

BACA JUGA:

Pelecehan Seksual Menggiringku Jadi Waria

Cara Instan Jadi Selebritis

Anak-anak Harus Tahu Bagaimana Hadapi Pelecehan Seksual

Hadiah Kejutan dari Tuhan

Sumber : Sheridan Voysey / yk
Halaman :
1

Ikuti Kami