Kisah Tragis Para Pekerja Pabrik Elektronik di China
Sumber: who pays film

Nasional / 20 April 2014

Kalangan Sendiri

Kisah Tragis Para Pekerja Pabrik Elektronik di China

Lois Official Writer
6185

Dua orang pembuat film bernama Heather White dan Lynn Zhang mendokumentasikan kegiatan dan kesehatan para pekerja pabrik elektronik di China dalam film mereka yang berjudul “Who Pays the Price?” yang berarti Siapa yang Membayar Harganya? Tragis, harganya dibayar oleh nyawa. Berikut ini beberapa pengalaman para pekerja tersebut seperti yang ada di dalam video buatan White dan Zhang :

Chen Qianqian

“Ketika saya berada di kelas 3 SD, mama saya pergi meninggalkan rumah untuk bekerja di luar dan kami berhenti mendengar kabar darinya sejak itu. Saya ingin tahu dia ada dimana, saya ingin mencarinya.” Ujar Chen.

Untuk mendapatkan uang, Chen lalu bekerja di pabrik sampai akhirnya dia mendapatkan leukemia. Menurut tempatnya bekerja, penyakit yang dia derita tidak ada hubungannya dengan pabrik, sehingga dia tidak mendapat kompensasi apa-apa.

“Selama tinggal di jalanan, saya selalu bertanya pada orang-orang, adakah yang pernah melihat mama saya. Tapi sekarang saya menderita kanker dan semuanya…semuanya berakhir.”

Shang Jiaojiao

“Saya baru berumur 14 tahun, saat bekerja di pabrik. Saya harus bekerja karena orangtua saya telah bekerja begitu keras untuk pendidikan saya.” Ujarnya. Shang kemudian menderita keracunan karena N-Hexane. “Waktu saya ada di rumah sakit, saya tidak bisa berjalan. Tapi saya tidak berani mengatakannya kepada mama saya. Saya berpikir bahwa saya harus bertanggung jawab agar tidak meninggalkan beban buat orangtua saya. Tapi kenyataannya, saya malah membuat mereka terbebani.”

Ming Kunpeng

Baru berumur 26 tahun, dia didiagnosa leukemia sejak tahun 2009. Dia terkena racun benzene. “Apakah engkau rindu rumah? Apakah kamu ingin pulang? Ayo kita pulang,” ujar sang ayah kepada Ming. Enam minggu setelah melakukan wawancara tersebut dengan Who Pays Film, Ming bunuh diri.

Yi Yeting

Pria yang mempunyai satu anak laki-laki ini sudah melakukan 28 kemoterapi karena menderita leukemia. Tulangnya terasa sakit, seperti ribuan semut menggigit bagian dalam tubuhnya.

Butuh waktu 19 bulan untuk membuktikan bahwa leukemia yang dideritanya akibat benzene yang ada di pabrik tempatnya bekerja. Dia sudah melakukan petisi kepada pemerintah berulang kali, namun hanya dipaksa pulang.

Chen Chuang

“Saya sudah tinggal di rumah sakit selama 6 tahun sekarang, rasanya seperti di penjara, tidak ada jalan keluar. Saya merasa hidup saya sudah berakhir, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan.” Ujar penderita leucopenia akibat benzene ini.

Kini di China ada perkumpulan para penderita penyakit parah akibat bekerja di pabrik yang menginginkan perbaikan kehidupan. Menurut salah satu aktivis sekaligus penderita, Yi Yeting, Ming bunuh diri karena tidak tahan. “Dia terjun dari gedung. Dia memilih mengakhiri hidupnya, tidak mampu lagi menahan beban, bergumul dengan penyakitnya, pabrik, dan rancun benzene. Mari kita berdiri untuk sejenak memberikan tribute pada Ming”

“Kita semua penderita akibat racun benzene. Kita semua yang masih hidup, harus berjuang untuk hidup kita, untuk keadilan, dan untuk kehidupan.” Ujarnya lagi. Menurut statistic pemerintah China, satu orang bisa diracun oleh bahan kimia setiap lima jam, mayoritas berasal dari benzene. Tidak hanya berbahaya bagi pekerja, pengguna gadget pun dapat terkena bahaya benzene.

 

Baca juga :

Main Game Online yang Murah? Ini Cara Menyiasatinya

Captain America VS The Winter Soldier

Miskin Ga Boleh Sakit? Siapa Bilang? Ada BPJS Kok

Berbagai Fungsi Menurun, Lansia Tetap Bisa Sehat Bahagia

Sepatu Dahlan, Perjuangan Bocah Hadapi Kemiskinan

Sumber : whopaysfilm by lois ho/jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami