Generasi Google
Sumber: tempo.co

Parenting Superbook / 15 March 2014

Kalangan Sendiri

Generasi Google

Zakarias Feoh Official Writer
2204

Tahun  2020 pengguna internet  di Indonesia diperkirakan seratus tujuh puluh lima juta orang.  Risset menunjukkan bahwa saat ini Indonesia berada pada rangking dua di dunia yang menggunakan account Facebook .  Indonesia hanya kalah dari AS yang juga merupakan pengguna Facebok terbanyak di dunia.

Jumlah pengguna Facebook di Indonesia naik 1.431.160 juta pengguna dalam sebulan terakhir. Pada 1 Desember 2009, e-marketer mencatat jumlah pengguna Facebook di Indonesia 13.870.120 pengguna, sedangkan pada 1 Januari 2010 sebesar 15.301.280 pengguna.  Indonesia hanya satu peringkat di bawah AS yang mencatat kenaikan jumlah pengguna 4.576.220 pengguna dalam periode yang sama dari 98.105.020 menjadi 102.681.240 pengguna.   Meski demikian, persentase kenaikan jumlah pengguna Facebook di Indonesia mencapai dua kali lipat AS. Indonesia naik 10 persen, sedangkan AS hanya 5 persen. Kenaikan 10 persen termasuk persentase pertumbuhan tertinggi di dunia. Selain Indonesia, beberapa negara yang mencapai kenaikan dengan persentase 10 persen antara lain Filipina dan Malaysia. 

Yang paling tidak disangka lagi di Indonesia Facebook bisa menduduki posisi PERTAMA yang berarti menggeser dua  website terbesar di dunia yaitu google dan yahoo. Entah mengapa demikian, apakah memang Indonesia itu masih tetap kuat dengan kultur aslinya yang sangat suka dengan sosialisasi.  Urutan di Indonesia sebagai berikut, Facebook, Google.co.id, Yahoo, Google.com, Blogger, Friendster, Youtube, WordPress, Detik dan Kaskus

Ini memberikan gambaran bahwa tehknologi  dunia maya merupakan bisnis yang sangat menggiurkan. Generasi Google adalah generasi yang mengutamakan kecepatan dalam mencari informasi. Kalau dulu kita harus sabar mencari informasi lewat buku di perpustakaan, sekarang sudah tidak seperti itu lagi.  Cukup buka google lalu menulis kata kunci yang hendak dicari.  Ini merupakan generasi sosialita lewat internet, sekarang kalo mau ngobrol-ngobrol dan ketawa ketiwi tidak harus  janjian ketemuan lagi. Kapan saja, dimana saja, bisa saling sapa lewat facebook.  Generasi ini sudah membentuk budaya baru. Budaya serba cepat dan budaya tanpa tembok.  Tentu ada kelebihan dan kekurangan dari budaya ini.   Sadar atau tidak kita membuka semua informasi tentang hidup kita di Internet. Kita sudah menyerahkan identitas kita di dunia maya. Foto, video, alamat rumah, nomor telpon, pekerjaan, status kapan dan dimana kita sedang berada  dan  sebagainya. 

Dunia maya secara positif banyak membantu, tetapi jika tidak bisa dikendalikan  maka akan mendatangkan kecelakaan.  Bagaikan orang yang tidak bisa mengendalikan kendaraanya, akhirnya mengalami kecelakaan, akibatnya bisa cacat,  bisa meninggal, bisa mencelakkan orang lain dan masih banyak  konsekwensi yang lainnya. 

Pengaruh ini sangat besar sehingga membuat orang  sulit mengambil keputusan, satu sisi tidak mau disebut gaptek, tetapi pada sisi yang lain kita bisa terjebak dengan apa yang kita sendiri ciptakan.  Orang bisa saja kurang interaksi dengan tetangga dan teman-temannya.  Namun melalui internet, facebook khusunya, bisa  berinteraksi dengan orang diluar negri dan diseluruh belahan dunia.   Bisa saja pengguna facebook  tidak terlalu mengenal tetangganya, entah itu tentang pekerjaan dan lain-lainnya.   Tetapi ia mengenal orang yang bukan tetangganya secara detail melalui facebook.  Walaupun jelas-jelas Alkitab menyatakan bahwa  lebih baik tetangga yang dekat daripada  saudara yang jauh (amsal 27:10).  Mungkin agak ekstrim  tetapi sadar atau tidak  melalui internet orang bisa tidak memiliki privasi apa-apa.   Kita ada didalam era tanpa batas.  Pertanyaannya apakah kita terjebak?  Ataukah kita menjadi korban dari kemajuan tehknologi?  Apa mungkin TUHAN memilki akun facebook…..? silahkan cek sendiri di Google.

Melihat realita seperti  ini,  bagaimana peranan  orang tua untuk mendampingi anak-anak dalam menghadapi generasi yg cepat, generasi yg tanpa batas, sehingga anak-anak tidak menjadi korban tehknologi tetapi memanfaatkan tehknologi untuk melakukan sesutau yg berguna dan bermanfaat.  Secara khusus didalam mendatangkan kerajaan Allah didunia ini.  Yesus pernah mengajarkan tentang dua teori dasar orang membangun rumahnya. 1. Orang yang membangun rumah diatas batu karang. 2. orang yang membangun rumahnya diatas pasir. Jika sebagai orang tua kita membentengi dan membangun anak atas batu karang yg teguh,  dengan Firman Allah  setiap saat maka  tentunya dia bisa mampu menghadapi serta memfilter  mana yg baik dan mana yg berguna bagi dirinya berdasarkan Firman Allah.  Dia membangun dirinya berdasarkan apa kata Tuhan bukan apa kata dunia.   

Tugas orang tua tidak ringan karena dia harus mau dan mampu mendampingi anak-anaknya untuk menghadapi semua tantangan tersebut.  Pemazmur berkata dari manakah pertolonganku, aku melihat ke gunung-gunung dan pertolonganku adalah datangnya dari Tuhan.  Dalam menghadapi generasi google, pertolongan orang tua adalah Tuhan.  Bawalah anak pada Tuhan dan percayalah  bersama Tuhan anak akan menjadi pemenang.  Anak akan menjadi kepala  dan bukan ekor. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber : berbagai sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami