Kontribusi Setiap Anggota Keluarga
Sumber: Google

Marriage / 13 March 2014

Kalangan Sendiri

Kontribusi Setiap Anggota Keluarga

Puji Astuti Official Writer
4363

Lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan (Matius 3:17 TB).

Tahukah anda, bahwa ikatan kekeluargaan akan tampil kuat dalam keluarga yang sehat, dimana setiap anggota keluarga akan memberikan kontribusi masing-masing bagi keluarga sesuai dengan bakat yang ada pada mereka dan setiap anggota keluarga juga memainkan peranan penting sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Dengan demikian kehadiran setiap anggota keluarga sangat penting, karena ketidak hadiran seorang anggota keluarga akan memberikan dampak dalam ikatan kekeluargaan tersebut. Dan setiap anggota keluarga harus menyadari bahwa mereka memiliki kontribusi yang dapat mereka persembahkan pada anggota keluarga yang lainnya.

Apakah anda selaku orang tua ikut merasa bangga atas kehadiran anak-anak anda dalam kehidupan anda selaku orang tua? Ataukah kebanggaan sebagai orang tua tersebut terbatas pada prestasi yang ditunjukkan anak-anak anda? Jika prestasi merupakan faktor kebanggaan anda, maka kebanggaan anda terhadap anak-anak anda akan sirna dengan menurunnya prestasi anak-anak anda. Apa kata Alkitab tentang hal ini? Mari kita lihat kembali kutipan ayat Firman Tuhan diatas, "Lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan". Ayat ini merupakan sebuah pernyataan yang disampaikan Bapa Surgawi yang didengar oleh banyak orang dan dalam pernyataan ini, tidak terdapat persyaratan dalam bentuk apapun juga. Pernyataan ini merupakan identitas pribadi yang diberikan oleh Bapa Surgawi kepada Anak yang di kasihiNya.

Dibesarkan oleh Yusuf dan Maria, Yesus juga memberikan kontribusi kepada keluargaNya yang didunia ini dengan bekerja sebagai tukang kayu, bahkan melakukan mujizat atas permintaan Maria ibu yang merawatNya didunia ini dengan merubah air menjadi anggur di Kanaan sebagai petanda akan adanya ikatan kekeluargaan yang erat antara Yesus dengan orang tua yang merawatNya didunia ini. Namun Yesus juga mengkontribusikan sesuatu yang sangat berharga bagi BapaNya, yaitu dengan menjadi Penebus bagi kita sekalian, orang berdosa. Identitas sebagai Anak Yang Dikasihi telah diterima Yesus sebelum Ia memulai pelayananNya. Bagaimana dengan penampilan kita dalam keluarga kita masing-masing? Apakah kita menerima keberadaan anak-anak kita tanpa syarat ataukah prestasi yang dicapai anak merupakan faktor yang menentukan diterima atau tidaknya anak tersebut dalam rumah tangga kita masing-masing. Yang sering terdengar adalah, nah kalau angka sembilan, ini baru anak mama / papa? Dengan demikian apakah anda sedang mengirimkan sebuah pesan kepada anak anda, jika angkanya dibawah sembilan maka ia bukan anak anda? Lantas anak siapa? Tetangga? Bukankah dengan berkata-kata seperti ini, anda sedang mematikan identitas pribadi anak tersebut dan anak akan merasa sangat tertolak?

Jika pernyataan anda seperti ini terjadi berulang kali, sesungguhnya anda sedang mematikan masa depan anak anda, anda sedang menanamkan benih perpecahan antara anda dan anak anda. Anda sedang menanamkan sebuah pengertian kepada anak anda bahwa prestasi merupakan syarat untuk dikasihi, prestasi merupakan syarat untuk diakui dan diterima sebagai anak, padahal ditinjau dari sisi Bapa Surgawi saat pernyataan di sungai Yordan tersebut dibuat, Yesus belum memulai pelayananNya. Tuhan Yesus karena memiliki identitas pribadi yang kuat mengenal jati diriNya dengan baik dan mengerti posisiNya sebagai Anak Tunggal Bapa Surgawi dan tahu secara persis akan tujuan kehadiranNya didunia ini.

Dalam Matius 4:3 (TB) tertulis, Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah,  perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." Apakah anda dapat melihat perubahan yang terjadi antara Matius 3:17 seperti yang tertulis diatas dan Matius 4:3.

Matius 3:17 adalah pernyataan yang disampaikan Bapa Surgawi dengan mengatakan "Inilah Anak-Ku" yang oleh si pencoba (Setan) dalam Matius 4:3 telah dirubah menjadi sebuah "kondisi" dengan menggunakan perkataan "Jika Engkau Anak Allah" serta memberikan sebuah persyaratan untuk membuktikan jati diriNya sebagai Anak Allah melalui proses merubah batu menjadi roti. Setan dengan demikian mengatakan bahwa untuk menjadi Anak Allah Yesus harus melalui sebuah proses dengan jalan menunjukkan prestasinya mengubah batu menjadi roti. Tuhan Yesus yang mengetahui jati diriNya sebagai Anak Tunggal Bapa tidak merasa perlu untuk menunjukkan prestasinya atau menunjukkan jati diriNya melalui proses yang menunjukkan prestasi atau kebolehanNya dalam hal mengubah batu menjadi roti. Jika jati diri Yesus harus ditentukan melalui prestasi, maka jati diriNya sebagai Anak Allah diterimaNya karena prestasi dan hal ini sudah barang tentu menyalahi Doktrin Trinity.

Demikian juga dengan anak-anak yang dilahirkan ditengah-tengah keluarga anda adalah anak-anak anda terlepas dari prestasi mereka. Rasa percaya diri mungkin meningkat dengan meningkatnya prestasi, namun prestasi bukanlah faktor penentu jati diri anak-anak anda. Anak-anak anda adalah pemberian Tuhan (Mazmur 127:3). Sewaktu mereka dilahirkan mereka belum berprestasi, mereka dikasihi dan dirawat dengan baik. Pada saat mereka mulai sekolah, maka kata-kata seperti berikut diucapkan, "Jika engkau sunguh anak mama/papa rubahlah angka enam ini menjadi sembilan" (ini bukan ucapan yang memotivasi anak). Apakah anda dapat merasakan tekanan yang timbul dalam hati anak-anak anda, apakah anda dapat merasakan anda sedang mendidik anak-anak anda menjadi orang yang hidup untuk menyenangkan orang lain. Dapatkah anda melihat kedalam pribadi anda sendiri, bahwa anda adalah orang yang bermasalah, jika anda mendidik anak-anak anda dengan prilaku seperti ini? Pribadi apakah yang anda harapkan akan muncul dari anak-anak yang dididik seperti ini?

Setiap anak dilahirkan dengan kemampuan yang berbeda, dengan talenta yang berbeda, namun setiap anak diciptakan secara unik oleh Tuhan, tidak ada dua anak yang sama. Mungkin anda pernah bertemu dengan dua orang anak yang memiliki pola berpikir yang sama, suara mereka mungkin mirip, kesukaan mereka mungkin sama, tapi mereka adalah dua individu yang berbeda, namun kedua-duanya diciptakan segambar dengan Yahweh Sang Pencipta. Izinkan anak-anak anda bertumbuh menjadi pribadi-pribadi yang diciptakan sesuai dengan kehendak Tuhan, sehingga rencanaNya dapat digenapi dalam kehidupan mereka. Amin. Semoga bermanfaat.

Penulis

Rev.Dr. Harry Lee, MD.,PsyD

Gembala Restoration Christian Church di Los Angeles - California

www.rccla.org

Sumber : Rev. Dr. Harry Lee, MD.,PsyD
Halaman :
1

Ikuti Kami