Tri Rismaharini yang menjadi Wali Kota Surabaya dikabarkan mundur, membuat para elit Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) terbang ke Surabaya untuk melunakkan hatinya. Mereka meminta Risma menghindari konflik setidaknya sampai September, mungkin demi menjaga suara PDIP pada pemilihan anggota legislatif dan presiden. Para elit politik yang mendatangi Risma yaitu Sekretaris Jenderal Tjahjo Kumolo, wakilnya Hasto Kristianto, dan Ketua PDIP Jawa Timur Sirmaji Tjondro Pragolo.
Memimpin kota Surabaya sejak Oktober 2010, Risma ditekan dari berbagai sisi, salah satunya termasuk dari partainya sendiri, PDIP. Partai mengajukan Wisnu Sakti Buana, Ketua PDIP Surabaya, sebagai Wakil Wali Kota Surabaya pengganti tanpa mendiskusikannya terlebih dahulu dengan Risma.
Selain itu, meski tak menjawab secara tegas alasan lainnya, namun diisukan hal itu juga dikarenakan dia menolak proyek tol dalam Kota Surabaya. “Mungkin (karena terkait proyek itu). Saya dikasih tahu orang,” katanya kepada Tempo, 11 Februari 2014 lalu. Menurut Risma, seharusnya jalan raya dapat diakses publik secara gratis.
Risma juga berpendapat jalan tol di dalam kota hanya akan mematikan bisnis di sekitarnya. Dampak lainnya, kaki-kaki jalan tol akan menyebabkan banjir di daerah sekitar. Karena berbagai alasan tersebut, Risma memutuskan untuk menolak pembangunan jalan tol Surabaya.
“Saya sudah berikan semuanya,” katanya. “Capek saya ngurus mereka, yang hanya memikirkan fitnah, menang-menangan, sikut-sikutan,” ujarnya. Siapa yang dia maksud dengan ‘mereka’, Risma tak menjawab. Untuk mempertahankan kebenaran dan prinsip yang dipegang, terkadang diperlukan perjuangan berat.
Baca juga :
Air Putih, Bantu Sistem Pencernaan Atau Tidak?
Samsung S5 Akan Rilis, Ini Bocoran Spesifikasinya
Saat Robocop Memberantas Kejahatan
Belum Temukan Cinta? Rayakan Valentine Dengan Ini
Sumber : tempo.co by lois ho/jawaban.com