Kisah Nyata Seorang Bandar Judi dan Penganiaya Istri

Family / 30 December 2013

Kalangan Sendiri

Kisah Nyata Seorang Bandar Judi dan Penganiaya Istri

Puji Astuti Official Writer
16319

Setiap orang pasti ingin hidup senang, hal yang sama juga menjadi hasrat Tommy Tjia Wijaya. Baginya hidup adalah untuk bersenang-senang. Namun semua kesenangan yang dinikmatinya, harus dibayarnya dengan sangat mahal. Usahanya hancur dan konflik demi konflik rumah tangga harus dihadapinya, karena dia mengabaikan istri dan anaknya.

"Terjadi kemunduran penjualan, sehingga keuangan saya tersendat. Saya pikir hidup saya harus happy, tiap malam saya terus berfoya-foya dan minum-minuman keras. Tidak hanya itu saya juga terlibat perjudian. Hampir selama dua tahun hal ini berjalan, hingga seluruh uang saya habis. Tetapi hal ini membuat saya semakin dalam terlibat dalam perjudian. Saya sudah berjudi sejak kecil, karena masa kecil saya sangat keras. Jadi saya tahu bagaimana mengakali orang lain sewaktu berjudi sehingga saya menang. Hasil kemenangan itulah yang saya pakai untuk minum-minum dan bersenang-senang."

Semua kesenangan yang dinikmati Tommy merupakan penderitaan bagi istri dan anaknya, namun seperti dibutakan, Tommy tidak pernah menyadari semua hal tersebut.

"Waduh.. ekonomi saat itu sangat morat-marit. Tidak ada keterbukaan dalam keuangan. Bahkan saya pernah mengalami keuangan yang sangat minim sekali, dan untuk makan saja seringkali tidak punya uang. Kalau saya mau ke pasar, saya buka dompet suami saya, kadang cuma ada uang seribu rupiah. Akhirnya apa yang saya punya dan bisa di jual, saya jual. Pernah saya jual baju saya seharga lima ribu, dan saya pakai uanganya untuk membeli beras dan sayur," demikian cerita Eni Jakup, istri Tommy.

Namun itu bukanlah kondisi terburuk yang pernah dialami oleh istri Tommy, Eni bahkan pernah meminjam beras dari satu tetangga ke tetangga lain karena sudah tidak memiliki apa-apa untuk dijualnya.

"Saya pergi ke tetangga dan bilang, ‘kamu punya beras ngga, aku pinjam beras dong.' Dan jika sudah dapat, saya cari utangan yang lain," tutur Eni sambil menahan air matanya.

Tak tahan dengan semua yang harus dijalaninya, Eni akhirnya menegur sang suami, namun tanggapan suaminya membuat Eni sangat terperanjat.

"Eh.. ingat.. kita tuh pernah hidup susah..! Mau makan aja susah...! Kalau punya uang inget dong...Tapi Tommy menjawab, ‘eh.. yang susah itu elo ya.. bukan gua..! Gua ngga pernah hidup susah...' Disitulah saya menyadari kalau memiliki seorang suami yang jahat."

Namun itu hanyalah dibibir Tommy saja, dalam hatinya semua kesenangan yang didapat dari kehidupan malam, judi dan minum-minum hanyalah sesuatu yang semu.

"Di tahun 93, saya mulai jenuh dengan kehidupan ini. Pada akhirnya saya menemukan kehidupan malam ini adalah kehidupan yang sia-sia. Saya berpikir untuk membangun kehidupan yang lebih baik dan mulai lebih memperhatikan keluarga dan istri saya."

Keinginannya tersebut diwujudkan dengan berjualan mie ayam dari uang hasil judinya.

"Waktu saya mulai berdagang, usaha tersebut booming. Pada tahun 1995, saya sudah bisa membuka usaha ini di tiga tempat. Dan dari usaha ini, setelah di potong dengan biaya sekolah dan kebutuhan hidup, penghasilan bersih setiap bulannya bisa mencapai hingga delapan juta."

Namun perbaikan ekonomi tersebut tidak membuat kondisi keluarganya membaik bahkan konflik dengan istrinya semakin meruncing.

"Karena setiap hari ada konflik, setiap kali saya pulang ke rumah, saya seperti masuk ke neraka, tidak ada kesenangan sama sekali, tidak ada kenyamanan dan tidak ada damai sejahtera. Saya katakan kepada istri saya, kalau suasananya seperti ini, mulai hari ini saya akan kembali ke kehidupan saya yang dulu. Saya akan habiskan uang ini untuk minum-minum dan berfoya-foya."

Ternyata Tommy tidak sekedar mengancam, dia membuktikan perkataannya, dan kembali pada kehidupan malamnya bahkan mulai mengkonsumsi ekstasi. Kehidupan malam dan foya-foya yang dijalaninya bukan hanya menghabiskan uangnya, Tommy juga menggunakan berbagai kartu kredit yang membuatnya terlibat hutang dan harus di kejar-kejar oleh dekolektor. 

"Saya tidak sanggup membayar hutang kartu kredit, dan merasa bahwa kehidupan sangat berat. Saya depresi berat dan merasa stres sekali."

Dalam keadaannya yang terpuruk dan terlilit hutang, usaha mie ayamnya hancur karena kerusuhan. Hal itu membuatnya mencari jalan keluar instant untuk menutup semua hutangnya. Dia menjadi bandar judi besar di Glodok.

"Dalam waktu singkat perjudian di Glodok itu berkembang dengan pesat. Dimulai dari satu meja, dua meja, tiga meja... kembali waktu itu saya tidak memikirkan masa depan. Saya hanya berpikir untuk bersenang-senang," cerita Tommy.

Namun di tengah keberhasilannya sebagai bandar judi ada sesuatu yang mengganggu hati kecilnya. Merasa hidupnya sia-sia membuatnya melakukan pencarian akan arti hidup.

"Suatu hari saya keluar dari kamar dan melihat Alkitab dan saya coba-coba membacanya. Hati saya sangat tertarik dengan isi Alkitab tersebut. Saya terus membaca dan membaca Alkitab tersebut. Saya menemukan Alkitab ini isinya sangat baik, disini ada pedoman hidup. Mulai saat itu saya memiliki kerinduan untuk membaca Alkitab."

Dan disaat yang sama, Tommy membaca sebuah buku rohani milik istrinya. Hatinya mulai disentuh Tuhan melalui paragraf demi paragraf yang dibacanya.

"Dalam buku itu menulis, minta apa saja kepada Tuhan dan ketika kita bersikap seakan-akan sudah menerimanya, pasti kita akan menerimanya. Lalu saya berdoa kepada Tuhan, yang pertama saya minta kepada Tuhan adalah agar Tuhan mengangkat kekosongan yang ada dalam hati saya ini. Dan dibuku itu juga mengajarkan untuk menerima Yesus. Saya terima Yesus pada waktu itu juga. Pada saat saya mengakui, saya percaya kepada Tuhan Yesus, pada saat itu juga saya merasa dari atas kepala saya sampai kaki rasanya ringan sekali. Begitu enteng sekali, sepertinya beban saya sudah diangkat. Benar-benar sudah bebas. Saya betul-betul merasakan....Tuhan itu sungguh luar biasa. Memang Tuhan itu ada. Saya merasa sudah dibebaskan saat saya menerima Yesus. Saat itu juga saya berkomitmen, saya harus mencari Tuhan Yesus. Saya harus percaya sepenuhnya pada Tuhan Yesus. Saat itu saya merasa ada damai sejahtera dan sukacita yang luar biasa yang tak tertahankan. Saya merasa sudah bebas dari masalah-masalah yang saya alami."

Sejak itu, Tommy mulai meninggalkan pekerjaannya sebagai bandar judi dan kembali memperbaiki hubungannya dengan istri dan anaknya.

"Menurut saya Tuhan Yesus itu sungguh tiada duanya. Tuhan itu sungguh-sungguh luar biasa," demikian Tommy menutup kesaksiannya.

 

Sumber Kesaksian: Tommy Tjia Wijaya

 

Baca Juga Artikel Lainnya:

Kisah Nyata Petualangan Cinta Lois Berujung Hamil Diluar Nikah

Kisah Nyata Handy Yefta, Pria yang Tak Bisa Lepas Dari Narkoba

Kisah Nyata Andri, Anak Punk Pecandu Seks

Kisah Nyata Sandy Triyasa: Kutemukan Tujuan Hidupku di Hari Natal

 

Sumber : V090225092951
Halaman :
1

Ikuti Kami