Jangan Pernah Mencela Atau Mengutuk
Sumber: wolipop.detik.com

Marriage / 26 December 2013

Kalangan Sendiri

Jangan Pernah Mencela Atau Mengutuk

Puji Astuti Official Writer
8127

Jangan mencela atau mengutuk, karena semua itu dapat berbalik kepada kalian. Ampunilah orang lain, maka mereka pun akan mengampuni kalian  ( [kitab]Lukas6:37[/kitab] FAYH).

Cela ataupun kritik dapat merupakan titik awal perkelahian dalam rumah tangga. Alkitab dengan jelas melarang kita untuk mencela atau mengutuk dan Alkitab ditulis atas ilham Allah bertujuan untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Timotius 3:16). Tujuan Firman Tuhan melarang kita untuk mengeritik atau mengutuk adalah untuk memperbaiki kelakuan serta kebiasaan buruk kita dan mendidik kita dalam kebenaran, hal ini disebabkan karena Tuhan melihat cela atau kritik itu sebagai kesalahan dan oleh karena itu Tuhan ingin mendidik kita melalui SabdaNya agar kita dapat memperbaiki kesalahan kita dan hidup dalam kebenaran FirmanNya.

Cela selalu berpusat pada kesalahan orang lain atau sesuatu yang dianggap salah menurut ukuran orang yang mencela atau sesuatu yang berbeda dari kebiasaan sipencela dimana sipencela memberikan kritikan atau celaan yang dapat menjatuhkan, merendahkan martabat orang yang dicela dan karenanya akan menimbulkan sakit hati karena pada akhir celaan tidak terdapat solusi. Jika cela diganti dengan sikap mendidik maka pusat perhatian adalah memperbaiki kesalahan yang nyata dengan menyediakan sebuah solusi yang benar.

Contoh, seorang anak yang duduk dikelas tiga sedang mengerjakan perkalian dan memberikan jawabannya atas sebuah soal, delapan kali tujuh sama dengan lima belas. Jika sipendidik memusatkan perhatiannya pada kesalahan dan tidak dapat mengontrol emosinya dengan baik maka ia akan mencela dan memberikan kritikan tajam seperti misalnya dasar anak bodoh persis seperti...(isi sendiri), dasar otak udang, dan sebagainya. Apakah yang didapatkan anak tersebut? Dimana solusinya? Pada akhir celaan anak tersebut akan menanamkan dalam alam bawah sadarnya bahwa ia bodoh, ia tidak mempunyai kemampuan, ia membawa malu pada keluarga, dan sebagainya. Pada lain kesempatan sang anak pun masih tidak mengerti dimana letak kesalahannya karena memang tidak ada yang mengajarkan dan memberikan solusi dari kesalahannya sehingga ia akan mengulangi kesalahan yang sama. Akan tetapi jika sipendidik tidak memfokuskan perhatiannya pada kesalahan yang ada namun pada solusi, maka ia akan memiliki mental mengajar dengan menunjukkan dimana letak kesalahan sang anak dengan jalan berdialog. Sipendidik dapat bertanya pada anak didiknya, pada saat kamu membaca delapan kali tujuh apa yang terlintas dalam alam pikiranmu? Coba dibaca lagi secara perlahan-lahan, sayang! Sang anak membaca lagi dan kali ini ia membaca secara perlahan-lahan dan menyimak dengan baik, delapan kali tujuh...delapan kali tujuh. Oh delapan kali tujuh, kenapa saya milihatnya sebagai tanda tambah ya, sehingga saya menuliskan jawabannya lima belas. Delapan kali tujuh adalah lima puluh enam.

Sipendidik kemudian dapat memberikan penjelasan kepada sang anak, kalau begitu sesungguhnya kamu anak pintar, hanya kurang hati-hati. Sang anak yang mendapatkan validasi yang positif dari sipendidik akan mengatakan, lain kali saya akan berhati-hati dalam membaca tanda-tanda dalam soal yang diberikan. Sang anak mendapatkan sebuah solusi dan bergairah karena juga mendapatkan validasi yang positif. Apakah anda dapat melihat perbedaan ini secara jelas? Kapan anda terakhir kali memberikan validasi yang positif, pujian nyata pada anak-anak anda? Pada istri atau suami anda? Pada pembantu yang bekerja pada anda dirumah anda? Pada staf anda? Apakah anda sulit untuk mengingatnya kembali? Mungkinkah anda jarang memuji atau memberikan validasi positif? Apakah anda termasuk orang yang suka mencela, mengeritik secara tajam? Apakah anda tahu bahwa mencela atau mengeritik itu termasuk menghakimi? Apakah anda seorang hakim? Apakah yang ingin anda capai melalui celaan anda?

Apakah anda dapat melihat bahwa rumah tangga anda diwarnai oleh tangisan dan kepahitan akibat celaan yang terus menerus diberikan? Apakah anda sudah sejak masa pacaran selalu mencela pacar anda atau orang-orang dilingkungan dimana anda berada? Bukankah anda selalu berusaha menutup kekurangan yang terdapat pada pacar anda dengan memberikan dorongan positif? Bukankah anda selalu berusaha melihat kekurangan yang terdapat pada pacar anda dari sisi positif dan memberikan jalan keluar dengan saran-saran anda yang luar biasa? Perubahan apakah yang telah terjadi dalam kebiasaan anda yang baik ini? Dan sekarang setelah menikah kebiasaan baik anda yang selalu berusaha menutupi kekurangan pacar anda dengan memberikan dorongan positif atau melihat kekurangan yang ada dari sisi positif dengan menyediakan solusi yang baik telah berubah seiring dengan berubahnya status dari pacar menjadi istri. Sekarang setelah menikah yang terlihat jelas adalah celaan demi celaan. Menurut anda manakah yang lebih baik dalam membina rumah tangga antara dua pilihan yang tertera dalam artikel ini, yaitu mencela dengan berfokus pada kesalahan atau memberikan fokus anda pada penyelesaian masalah dengan menyediakan solusi.

Firman Tuhan dalam [kitab]Amsal10:12[/kitab] dan [kitab]IKori13:7[/kitab] dengan jelas mengatakan kasih menutupi segala pelanggaran! Bukankah anda menikah dengan orang yang anda kasihi? Dimana kasih mula-mula yang anda dengungkan ditelinganya saat anda berpacaran? Saya mengajak anda sekalian bersama-sama dengan saya untuk kembali merenungkan mana yang lebih sering kita lakukan pada pasangan hidup dan anak-anak kita serta orang-orang dilingkungan dimana kita berada, mencela atau menutupi kekurangan / kesalahan yang ada dengan memberikan dorongan positif serta menyediakan saran-saran yang membangun dan solusi yang baik? Semoga kita sekalian memilih yang kedua yaitu menutupi segala kesalahan dengan memberikan dorongan positif serta menyediakan saran-saran yang membangun dan solusi yang baik. Semoga bermanfaat dan menjadi berkat.

Penulis

Rev. Dr. Harry Lee, MD., Psy.D

Gembala Restoration Christian Church di Los Angeles - California

www.rccla.org

Sumber : Rev. Dr. Harry Lee, MD.,PsyD
Halaman :
1

Ikuti Kami