Sebagai bentuk perlawanan atas aksi kekerasan terhadap komunitas Kristiani dan respon pada peristiwa bom bunuh diri di Gereja All Saints di Peshawar 22 September lalu, sekitar 300 orang dari lintas agama seperti Islam, Kristen, dan Hindu saling bergandengan tangan membentuk rantai manusia di depan Our Lady of Fatima Church, sebuah gereja yang terletak di Sector F-8/4, ibukota Islamabad, Pakistan, Minggu (13/10).
"Mereka yang menebar ketakutan dan kekerasan telah salah paham terhadap kesejatian ajaran Islam," ujar salah satu ulama yang berpartisipasi dalam gerakan itu, Maulana Hassan, seperti dimuat The Express Tribune, Senin (14/10).
Di tempat dan waktu yang sama, wakil ketua Hindu Rights Movement, Ashok Chand dan Pendeta Rahmat Michael Hakim mewakili kelompok Kristen menyuarakan akan pentingnya perdamaian dan toleransi.
Sementara itu, salah seorang jemaat gereja, Rubina Teressa mengaku dirinya begitu ketakutan setelah peristiwa ledakan bom di Peshawar.
"Kami beribadah seminggu sekali," ujar dia menahan tangis. "Tak seharusnya umat pergi beribadah sambil berpikir, itu akan menjadi saat terakhirnya."
Seperti diberitakan media-media setempat, pengeboman Gereja All Saint disebut sebagai serangan terburuk pada umat Kristiani di Pakistan. Sebab, peristiwa itu mengakibatkan lebih dari 80 jemaat tewas dan 150 lainnya cedera.
Di saat kelompok intoleran melakukan aksi terorisme maka di saat itulah setiap umat beragama harus bersatu padu. Sebab sesungguhnya yang mereka lakukan adalah memberi rasa tidak nyaman dan aman kepada seluruh rakyat tanpa terkecuali.
Baca juga :
Sekolah Pakistan Ajarkan Murid untuk Bunuh Orang Kristen
Kisah Sukses Pengusaha David Green : Dahulukan Tuhan Daripada Uang
Melayani Tuhan Dari Berbagai Penjuru Dunia
Break Every Chain, Lagu Penyembahan yang Sederhana Namun Penuh Kuasa
8 Efek Negatif Mengonsumsi Minuman Beralkohol Secara Berlebihan
Thread Forum JC : Dokumentasi Aksi Sosial (JCers Goes to Panti Rehab YBMI)
Kisah Nyata Yusuf Armudianto : Pornografi Berbuahkan Perselingkuhan
Sumber : liputan6.com / budhianto marpaung