Upah bagi Mereka yang Melayani Tuhan Full-Time

Entrepreneurship / 27 September 2013

Kalangan Sendiri

Upah bagi Mereka yang Melayani Tuhan Full-Time

Yenny Kartika Official Writer
22495

Sebagai pengerja yang tidak digaji, apakah layak bagi seorang full-timer gereja untuk menerima persembahan kasih (PK)? Lalu, apakah diperbolehkan bagi full-timer untuk menekuni pekerjaan sampingan? Pertanyaan-pertanyaan ini akan dibahas dalam artikel berikut ini.

Menurut Frank Saliba, secara alkitabiah tidaklah salah jika full-timer mengambil pekerjaan sampingan. Pasalnya, mereka tidak digaji atau mendapat bayaran, sementara mereka harus tetap memenuhi kehidupan sehari-hari dengan sejumlah uang. Frank memberi contoh Rasul Paulus, yang dalam pelayanannya, tetap bekerja membuat tenda untuk mendapatkan cukup uang supaya bisa bertahan hidup.

Ada yang berpendapat bahwa Paulus adalah pelayan paruh waktu atau part-timer karena dia seorang pembuat tenda. Menurut Pdt. DR. Stephen Tong, hal itu tidak tepat. Paulus menjadi pembuat tenda karena dia tidak mungkin mendapatkan subsidi untuk seluruh biaya pelayanan dan hidup dari gereja induknya. Paulus perlu mencari nafkah karena kondisi gereja di Yerusalem yang terlalu miskin membuatnya tidak mungkin mempunyai biaya hidup yang cukup. Dengan jalan demikian, ia tidak perlu memohon uang dari orang kafir, karena jika ia meminta uang kepada orang kafir sambil memberitakan Injil, ia pasti akan dicela. Orang kafir bisa mengambil keuntungan atau menghina pemberitaan Injil jika Paulus bergantung kepadanya.

Menjadi full-timer juga tidak berarti dilarang menerima persembahan kasih (PK) atau love offering. Bagi Frank, tidak masalah jika hamba Tuhan full-timer menerima pemberian dari gereja atau jemaat. Sebagai contoh, Melkisedek, seorang raja sekaligus imam. Saat Abraham bertemu dengan Melkisedek, dia langsung berlutut dan memberi perpuluhan dari segala yang dia terima kepada Melkisedek. Apa yang Abraham berikan? Sampai di surat Ibrani barulah menjadi jelas: dia memilih yang terbaik dari apa yang dia terima untuk diberikan pada Tuhan.

Masih menurut Stephen Tong, salah satu hal yang mesti diperhatikan dalam menjadi full-timer adalah, kesadaran bahwa peran itu susah dan berkewajiban berat (Filipi 2:13). Seorang hamba Tuhan harus tetap menjalankan kehendak Tuhan sekalipun itu mendatangkan penghinaan, kesulitan, dan penganiayaan.

 

Allah Menyediakan Upah

Allah yang adil selalu memberikan imbalan. Matius 10:42 mengatakan, "Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya." Banyak orang yang berpikir bahwa mengharapkan upah itu tidak baik. Mereka beranggapan bahwa janganlah mengejar upah jika ingin melayani Allah. Sebetulnya hal ini sangat tergantung pada upah macam apa yang dikejar.

Allah akan memberikan upah kepada hamba-Nya, entah dia menginginkannya atau tidak. Di ayat ini, tidak dikatakan bahwa dia menghendaki upahnya, tetapi yang dikatakan adalah bahwa dia akan menerima upahnya karena Allah adalah Allah yang adil. Allah tidak berhutang apapun kepada manusia.

Semakin kita memberi kepada Allah, semakin banyak pula yang akan kita terima dari-Nya. Tentu porsi dan jenis pemberian yang Dia berikan tidak dapat kita ukur atau pikirkan dengan logika. Alkitab mengajarkan, lebih berbahagia memberi daripada menerima. Lagipula, Allah tidak akan membiarkan orang-orang yang melayani-Nya hidup dalam kekurangan, melainkan akan mencukupi mereka menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya (Filipi 4:19).

Sumber : berbagai sumber | Jawaban.com | yk
Halaman :
1

Ikuti Kami