Kisah Nyata si Patar Gila yang Suka Mabuk
Sumber: jawaban.com

Family / 16 June 2013

Kalangan Sendiri

Kisah Nyata si Patar Gila yang Suka Mabuk

Lois Official Writer
7825

“Saya dulu waktu kecil sampai remaja dipanggil Patar Gila, saya marah karena memang saya tidak gila.” ujar Patar Marpaung memulai kesaksiannya. Sebenarnya, penyakit yang diderita Patar itu bernama TIK (gangguan saraf motorik). Penyakit ini dapat membuatnya kejang-kejang sehingga terlihat seperti orang gila. Hal itu dialaminya akibat panas yang terlalu tinggi pada waktu kecil.

Karena penyakit itu, Patar hanya punya sedikit teman. Ditambah lagi, Patar tidak berhasrat melanjutkan sekolahnya. Dia stress, semua orang merasa terganggu sehingga dia pun berhenti sekolah.

Keluarganya yang begitu sayang padanya, membawanya ke rumah sakit ataupun ke dukun untuk menyembuhkannya. Namun ternyata tidak sembuh juga. Keluarganya malah bangkrut dari usaha toko kain mereka dan mamanya menjadi penjual kacang.

Bangkrut malah membuatnya terpuruk. Di usia muda, dia malah minum-minuman. Menurutnya waktu itu, itulah keadaan yang cocok buat dirinya. Buat minuman itu, Patar mencuri namun suatu hari di tahun 1989 dia ketahuan. Mamanya yang sedih melihat kelakuan buruknya pun mengalami stroke.

Mabuk tidak membuatnya sembuh, bahkan ketika mabuknya hilang, kejang-kejang yang dialaminya makin parah. Gerakan kepalanya maupun anggota tubuh lainnya makin bergetar. Patar ingin suatu perubahan.

Patar bergabung dalam sebuah komunitas yang akhirnya membuatnya berhenti merokok, minum-minum dan menghisap ganja.

Tahun 1994, mamanya meninggal dunia. Patar memutuskan ke Jakarta pada 1995. Dalam kehidupan Jakarta yang keras, Patar lebih parah. Untuk menghidupi dirinya, Patar mencopet. Seminggu setelah melakukan pencopetan, akhirnya dia ketahuan.

“Di sel saya merenungkan, saya diingatkan kembali saat di komunitas itu luar biasa. Ada satu sukacita, kebahagiaan, yang menggairahkan untuk saya hidup lebih berarti lagi. Saya sangat butuh kasih sayang Tuhan itu lagi…” ujarnya.

“Sebenarnya saya yang membuat diri saya sendiri tidak berharga, sampah masyarakat. Tidak sekolah, tidak punya kerjaan, penyakitan. Tapi Tuhan itu menerima saya apa adanya. Dia tidak melihat perbuatan saya, Dia tidak melihat kekurangan tubuh saya, di situlah saya menyesal sudah menyia-nyiakan kesempatan yang sudah Dia berikan.” tambahnya lagi.

Di dalam sel, dia mengingat kembali dan meminta pengampunan Tuhan. Dia pun memutuskan untuk tidak mengulangi kembali. Setelah keluar dari penjara, Patar mulai rindu mendapatkan pasangan hidup. “Tuhan menunjukkan bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang hidup, Tuhan yang luar biasa. Saya dipertemukan dengan seorang wanita,” kata Patar yang bertemu di sebuah kebaktian.

Sosok wanita yang kemudian menjadi istrinya ini menuntun dirinya. Patar yang seringkali marah di awal-awal pernikahan selalu ditanggapi sabar oleh istrinya. “Tuhan sudah kasih dia buat saya, jadi saya menerima aja apa adanya,” tutur sang istri, Rita.

“Saya pernah melihat satu firman Tuhan [kitab]Mazmu139:14[/kitab]. Saya punya kelemahan penyakit seperti ini pun Tuhan memberikan saya tetap kuat. Dulu saya tidak pernah berpikir, saya bisa menjadi seorang hamba Tuhan. Saya tidak pernah berpikir saya bisa melayani anak-anak Tuhan,” ujar Patar.

“Dia itu suami yang terbaik buat saya, ayah yang terbaik buat anak saya,” ujar Rita lagi.

“Saya mengakui bahwa dulunya saya minder. Tapi sekarang saya diangkat tinggi, bahkan menjadi rekan kerja-Nya,” tutup Patar kemudian.

Apa yang dilihat hina oleh manusia, bahkan tidak dianggap, itulah yang dipakai Tuhan untuk kemuliaan nama-Nya. Siapapun kita, kita berharga bagi-Nya.

 

Sumber Kesaksian :

Patar Marpaung

Sumber : V130611144925
Halaman :
1

Ikuti Kami