Hari Kebangkitan Nasional dan Krisis Budi Pekerti

Nasional / 20 May 2013

Kalangan Sendiri

Hari Kebangkitan Nasional dan Krisis Budi Pekerti

daniel.tanamal Official Writer
4949

Sejumlah harapan dan juga renungan terhadap bangsa Indonesia dipaparkan oleh banyak pihak dalam menyambut peringatan 105 tahun Kebangkitan Nasional 20 Mei 2013 ini. Meskipun telah banyak kemajuan dan perubahan yang terjadi di Indonesia namun ada hal fundamental yang harus dibenahi yaitu krisis budi pekerti.

Hal ini disampaikan Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (Iska) dalam siaran pers yang ditandatangani Ketua Presidium Muliawan Margadana dan Sekjen Prasetyo Nurhardjanto, Minggu (19/5). Iska menyampaikan empat fakta yang menyandera cita-cita nasional.

Pertama, konflik pada berbagai dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara, baik konfik pada tingkat penyelenggara negara dan konflik horizontal (antar kelompok masyarakat). Konflik sosial itu menunjukkan Indonesia tidak mampu menjaga solidaritas yang terbangun dalam momentum Kebangkitan Nasional 1908. Terjadinya konflik cenderung disebabkan absennya keteladanan dari para penyelenggara dan tokoh nasional dalam hidup berbangsa dan bernegara.

Kedua, kasus korupsi yang melibatkan para penyelenggara negara, politisi, pengusaha bahkan tokoh masyarakat atau agama turut terseret dalam berbagai kasus korupsi di negara ini, semakin memperparah keterpurukan Indonesia sebagai negara bangsa yang merdeka.

Ketiga, secara khusus permasalahan kedaulatan bangsa belum mampu dijaga secara utuh. Hal ini tampak dari persoalan yang mengemuka dan tak kunjung dapat diselesaikan, antara lain, keterpurukan sosial ekonomi masyarakat di daerah perbatasan acap kali memercikkan keinginan untuk lebih memilih keluar dari entitas ke-Indonesia-an.

Keempat, kepemimpinan nasional belum mampu menjaga solidaritas nasional sebagaimana yang diwariskan oleh momentum Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda dan Proklamasi 1945.

Karena itu dengan memperhatikan keempat persoalan di atas, Iska melihat ada sebuah krisis dari nilai tertinggi norma Indonesia, yakni krisis budi pekerti. Untuk itulah Iska mengajak segenap komponen bangsa untuk menggunakan budi pekerti dalam memaknai kembali Kebangkitan Nasional 1908.

Melalui budi pekerti yang luhur, seruan solidaritas tanpa sekat menjadi suatu semangat bersama dalam upaya merevitalisasi kembali kebangkitan nasional.

 

Baca juga Artikel Lain

Gereja Injili Diajak Bertobat dari Tindak Rasisme di Masa Lalu

Estonia Terapkan E-Voting untuk Pemilihan Umum

Demi Menolong Anak Sapi, Masinis Hentikan Kereta

Lakukanlah Hubungan Intim Lainnya Selain Seks

Sumber : Beritasatu.com
Halaman :
1

Ikuti Kami