Anak Muda Singapura Mulai Tinggalkan Kehidupan Materialistik

Nasional / 18 February 2013

Kalangan Sendiri

Anak Muda Singapura Mulai Tinggalkan Kehidupan Materialistik

Puji Astuti Official Writer
6866

Singapura, negara kota yang makmur ini dikenal dengan masyarakat yang menjadikan keberhasilan dalam bidang ekonomi menjadi prioritas utama. Mereka menyebutnya dengan 5 C : cash (uang), car (mobil), credit card (kartu kredit), condominium, dan country club membership (keanggotaan country club), semua itu disebut dengan “Singapore Dream.”

Namun saat ini, generasi muda Singapura mulai mengalami perubahan paradigma tentang kehidupan. Mereka ingin mencari kehidupan diluar pengejaran kekayaan.

“Saya tidak perlu menjadi sangat kaya asalkan saya memiliki cukup untuk hidup saya dan keluarga dan saya dapat tetap memiliki waktu yang fleksibel seperti yang saya miliki saat ini,” demikian ungkap Ong Hui Juan(25), yang meninggalkan pekerjaan tetapnya di bank Inggris di Singapore untuk bekerja sampingan bersama anak-anak muda.

Generasi yang lebih tua dari Ong harus berjuang keras sehingga Singapura menjadi salah satu negara terkaya di dunia walau dengan sedikit sumber daya alam. Walau kaum muda sepertinya ingin sedikit lebih santai, namun pemerintah tidak sependapat. Baru-baru ini pemerintah Singapura merilis “kertas putih” setebal 80 halaman yang isinya menyerukan untuk menaikkan produktivitas dalam angkatan kerja dan memproyeksikan pertumbuhan penduduk sebesar 30% pada tahun 2030 nanti.

Menurut asisten professor bidang sosiologi di Univesitas Singapore Management, kondisi anak muda saat ini dipengaruhi oleh dasar masyarakat Singapura yang mulai merasa nyaman, sehingga mereka dapat membuat pilihan yang berbeda dari arus utama.

Salah satu profesi incaran anak muda Singapura saat ini adalah pekerja seni, hal ini dilihat dari saat The School of Art di Singapura baru dibuka pada 2008 ada sekitar 1000 anak muda yang mendaftar tiap tahunnya, pada hal hanya tersedia 200 kampus tersebut hanya bisa menampung 200 mahasiswa.

Jumlah anak muda yang memutuskan untuk memulai kehidupan yang berbeda ini masih minoritas, karena mereka yang bisa membuat pilihan hidup berbeda ini paling tidak harus memiliki tabungan, warisan atau pasangan yang kaya sehingga dapat menunjang kehidupannya. Walau demikian, diperkirakan jika para pionir ini berhasil maka generasi selanjutnya akan lebih banyak anak-anak muda yang akan mengikuti jejak mereka.

Menjadi kaya tentu tidak ada salahnya, namun mengejar kekayaan tidak akan membuat seseorang mencapai kepuasan hidup. Ada berbagai faktor untuk mencapai kepuasan hidup, salah satu hal utama adalah kehidupan spiritual yang seimbang dengan menjadikan Tuhan sebagai pusat kehidupan.

Baca juga :

Keberanian Seorang Pemimpin Sejati

Mengeja LOVE Dalam Pernikahan

Dapat Hadiah Coklat Valentine? Sehat Tidak Coklatnya?

Jenguk Raffi, Sejumlah Artis Bawa Pudding Cokelat

Sumber : Reuters.com | Puji Astuti
Halaman :
1

Ikuti Kami