Yanshe Imelda Lebih Bahagia Hidup di Jalanan

Family / 16 October 2012

Kalangan Sendiri

Yanshe Imelda Lebih Bahagia Hidup di Jalanan

Lois Official Writer
7656

Yanshe Imelda begitu bahagia jika sedang bersama temannya yang barada di jalanan. Dia sepertinya tidak punya beban dan bebas sesuka hati pergi kemanapun tanpa pulang berhari-hari. Sampai akhirnya, sang tante mencarinya dan membawanya pulang ke rumah.

Yanshe bersikap masa bodoh. Waktu ditanya sang mama, dia hanya menjawab seadanya. Dia merasa benci terhadap mamanya, karena dia sering kena marah. Belum sempat ngomong banyak, dia sudah diomeli dulu. Yang ada, Yanshe yang sering dipanggil Imel tidak betah di rumah.

“Aku ngerasain lebih nyaman hidup di jalan daripada di rumah. Jadi kalau di rumah itu kadang-kadang suka kangen di jalan ketemu temen-temen, bisa ngobrol bareng, curhat-curhatan…” kata Imel tentang kehidupannya di jalanan.

Karena itulah, Imel kabur dari rumah. Dia merasa kehidupannya di jalanan terasa seperti di rumah, daripada kehidupannya di rumahnya. Apalagi di jalanan, dia merasa diterima dan punya banyak orangtua dan saudara-saudara.

Di jalanan juga, Imel bertemu dengan seorang pria yang juga hidup di jalanan. Dia seorang pengamen tapi juga seorang pementas teater. Ketika melihat pria itu mentaslah, Imel mulai merasakan benih-benih cinta tumbuh di hatinya. Sampai akhirnya mereka pun melakukan hubungan intim dan akhirnya mengandung.

Walaupun pahit, ibunya Imel tetap menerima kenyataan tersebut. Imel pun melahirkan buah hatinya. Sayangnya, sepertinya sang pacar mulai berbalik hatinya. Saat orangtua Imel mulai mempertanyakan kapan mereka akan menikah, pacarnya malah beralasan selalu sibuk dan mulai jarang pulang ke rumah. Sampai suatu hari, Imel melihat pacarnya ternyata bersama wanita lain yang juga mempunyai anak yang mirip wajahnya seperti anaknya.

Di lain kesempatan, ketika Imel meminta bertemu dengan pacarnya, wanita yang ternyata merupakan istri pacarnya itu memaki dirinya. Tak tahan, Imel pun memukulnya dan terjadilah perkelahian seru. Mereka dilerai dan pada akhirnya Imel pun pergi dengan keadaan terluka batinnya.

“Yang aku pikir saat itu anakku ya, pastinya anakku kehilangan dong sosok seorang ayah gitu. Aku merasa ga ada harapan lagi. Dia ternyata memilih perempuan itu. Aku jadinya tambah ngaco, tambah hari makin tambah ga jelas, makin jarang pulang lagi, udah ga ingat lagi sama anakku di rumah tuh, dari pagi sampai malam kerjaanku cuma mabok dan ngobat…”

Di dalam hatinya, dia bertanya-tanya kepada Tuhan mengapa hidupnya bisa seperti itu. Sepertinya tidak ada orang yang peduli ataupun memperhatikannya. Dia merasa dunia begitu tidak adil.

Namun, kejadian itulah yang akhirnya membuat Imel berpikir bahwa sudah begitu lama dia tidak pernah lagi beribadah. Ditambah lagi, ada seorang yang tidak dikenal Imel namun mengajaknya untuk beribadah. Tentu hal itu bukan kebetulan terjadi. Ketika Imel mendengar lagu-lagu pujian, dia langsung merasakan ketenangan. Di sanalah, dia mulai melakukan pelayanan kepada anak jalanan dan para lansia. Kehidupannya pun berubah.

Imel mengerti bahwa kehidupannya yang dulu dia jalani hanya sia-sia semata.  Namun, ternyata sampai selama itu, Imel belum pernah menginjakkan kakinya lagi ke rumah. Dia selalu beralasan masih banyak urusan.

Dia sadar bahwa dia hanya memakai pelayanan sebagai pelarian. Berkat dukungan dari teman-teman sepelayanannya, akhirnya Imel memberanikan diri pulang ke rumah, mencoba mengampuni kesalahan orangtuanya sekaligus minta ampun atas segala perbuatannya. Saat itulah, Imel juga menemukan kedamaian di hatinya.

Sumber Kesaksian :

Yanshe Imelda

Sumber : V120711120021
Halaman :
1

Ikuti Kami