Kisah Nyata Anak yang Lari Dari Rumah Karena Tak Tahan Miskin

Family / 17 September 2012

Kalangan Sendiri

Kisah Nyata Anak yang Lari Dari Rumah Karena Tak Tahan Miskin

Lois Official Writer
11302

Empat tahun yang lalu, Maruli bukanlah Maruli yang sekarang ini. Dia dulu berbeda. Bagi Maruli yang dulu, musik adalah hidupnya. Di base camp itu, dia bisa bebas bermusik. Di base camp itu juga dia dan teman-temannya bisa melakukan apa saja yang mereka suka.

“Ruli, kemana saja sih?” Ruli hanya menjawab dengan cueknya kalau dia main ke rumah teman.

Ruli memang tidak betah di rumah, salah satu penyebabnya dikarenakan papanya. Semenjak papanya sakit, tak bisa kemana-mana dan hanya menetap di ranjang, papanya mudah marah. Apalagi kalau dia memanggil anak-anaknya ataupun istrinya tapi lama ditanggapi, maka dia akan marah.

Semua harta benda mereka habis karena penyakit stroke papanya. Mereka dulu ada rumah besar, makan enak namun semuanya itu hilang. Akibatnya, Ruli sebagai anak yang paling tua pun tidak betah di rumah. Itulah sebabnya dia merasa betah di base camp. Dia bisa tertawa bebas dengan teman-temannya ataupun bermusik ria. Ruli juga melakukan hal-hal yang memalukan, berantem dengan teman-teman bahkan memberi contoh yang buruk buat adik-adiknya.

Bagi sang ibu, anaknya yang berandalan, suami yang sakit-sakitan, hidup untuk mencari makan saja harus mencuci pakaian orang, hal itu memang terasa berat. Apalagi ketika Ruli ingin membeli minuman keras dan tidak punya uang, dia akan meminta kepada ibunya ataupun mencari-cari uang tersebut di tempat yang disembunyikan ibunya. Uang yang dengan susah payah didapatkan ibunya, Ruli ambil buat bersenang-senang.

“Sampai kapan begini terus?” tanya sang ibu di dalam hatinya.

Suatu hari, papa Ruli menghilang. Berbulan-bulan sang ibu mencari suaminya namun tidak dapat menemukannya. “Ya Tuhan, aku berdoa buat suamiku Tuhan, dimanapun dia berada Tuhan, Engkau lindungi. Begitu juga dengan anak-anaknya Tuhan, Engkau jaga mereka. Berikan kekuatan kesehatan. Kembalikan di dalam rumah tangga kami. Amin” doa sang ibu.

Hari itu, ketika Ruli dan teman-temannya sedang menikmati waktu bersama, tiba-tiba dia merasa hatinya gelisah. Dia rindu bertemu mama dan adik-adiknya. Dia pun ingin mempunyai masa depan yang cerah. Akhirnya, dia memutuskan untuk pulang. Saat dia pulang itulah, dari radio dia mendengarkan musik rohani.

“Lebih baik satu hari di pelataran-Mu…” lagu itu berkumandang.

“Lagu itu bilang lebih baik kita satu hari di tempat Tuhan, daripada menghabiskan banyak waktu di tempat lain…Buat saya itu sepertinya Tuhan itu bicara sama saya. Kehidupan yang selama ini saya jalani tidak ada artinya. Memang saya senang, happy-happy setiap hari, becanda-canda sama teman-teman. Tapi di hati saya tidak pernah merasakan yang namanya ketenangan. Hati saya mulai tersentuh gitu, hati saya mulai ada keinginan untuk kembali beribadah. Saya coba menghindar dari teman-teman saya” cerita Maruli tentang saat itu.

Teman-temannya mulai mengejeknya. Mereka mengatakan Ruli tidak akan bisa berubah. Di situ, Ruli mengatakan bahwa dia pengen berubah, dia ingin orangtuanya bahagia. Dia bosan akan kehidupannya sekarang. Dalam masa perubahannya itu, Ruli pergi ke suatu ibadah. Di sana, ketika pendeta berkhotbah, kilasan kehidupan masa lalu Ruli kembali membayanginya. Di sana dia menangis makin menjadi.

Hari itu, Ruli meminta maaf kepada ibunya atas segala perbuatan jelek yang dia lakukan selama ini. “Terharu sekali saya. Saya bilang, yang sudah-sudah. Nggak usah diingat lagi, mama juga ga ingat. Sekarang pikirkan yang akan datang. Yang sudah, ga usah dipikirkan. Percaya deh, kalau kita setia sama Tuhan, hidup di dalam Tuhan, pasti kamu akan sukses.” kata mamanya.

Bagi ibu Ruli, ketika dia beribadah bahkan bermain musik di dalam ibadah tersebut, dia merasa bersyukur sekali kepada Tuhan. Bahkan temannya bilang bahwa anaknya sekarang rajin. Adik-adiknya pun mulai dipulihkan. Empat tahun kemudian, Ruli sudah bekerja di bidang broadcast. Di bidang broadcast ini, dia bisa melakukan hal-hal yang positif. Dia bisa bernyanyi dan menciptakan lagu yang dapat mengubahkan banyak orang.

“Kalau bukan kuasa Tuhan, kalau bukan kehendak Tuhan, saya tidak tahu akan jadi anak saya. Karena kasih Tuhan makanya hidup saya dan anak-anak saya ada perubahan secara luar biasa.” kata ibunya.

“Buat manusia tak mungkin ga bisa bertobat, tapi buat Tuhan bisa walaupun hanya melalui musik, lirik lagu. Dan satu yang saya inginkan, saya pengen ketemu papa saya. Saya mau bilang, saya minta maaf. Saya sangat-sangat sayang kepada papa saya karena bagaimanapun juga dia adalah papa saya…” akhir cerita Ruli.

Bagaimanapun jeleknya hidup seorang anak manusia, ketika Tuhan jamah, maka Dia dapat ubahkan hidup itu menjadi indah luar biasa. Tuhan kita memang Tuhan yang luar biasa dimana Dia bisa mengubah kita baik lewat musik, pengalaman hidup yang pahit, perkataan teman mengenai kasih Tuhan, melalui sakit penyakit, melalui apapun. Percayalah, tangan Tuhan tak kurang panjang untuk menolong.

 

Sumber Kesaksian :
Maruli Panggabean
Sumber : V111207145722
Halaman :
1

Ikuti Kami