Kisah Nyata Hans, Perampok yang Nyaris Mati Dibakar Massa

Family / 19 August 2012

Kalangan Sendiri

Kisah Nyata Hans, Perampok yang Nyaris Mati Dibakar Massa

Puji Astuti Official Writer
9754

Sejak duduk di kelas 5 Sekolah Dasar Hans Kilapong sudah gemar berkelahi dan minum-minuman keras. Di kelas 1 SMP dia menantang kakak kelasnya dan berakhir harus berurusan dengan pihak kepolisian, akibatnya ia di keluarkan dari sekolah.

“Saya merasa puas kalau sudah menaklukan orang itu,” demikian kenang Hans tentang perasaannya kala itu.

Kekerasan bukanlah hal baru bagi Hans, di rumahnya, sang ayah juga kerap melakukan kekerasan kepada ibunya. “Yang saya pikirkan adalah: Kok orangtua saya jahat begitu? Dia ngga sayang sama mama saya. Saya ngga terima mama diperlakukan demikian. Akibat pemberontakan saya, selalu terjadi ketegangan dengan papa saya.”

Untuk membuat dirinya merasa aman, Hans merakit sendiri sebuah pisau. “Saya pikir untuk jaga-jaga.”

Karena prilaku Hans yang sudah tidak bisa dikendalikan lagi, orangtua Hans akhirnya mengirim dia ke Jakarta. Tapi disana dia bukannya menjadi lebih baik, malah makin rusak hidupnya. Ganja, pil koplo, minuman keras dan judi menjadi bagian kesehariannya di ibukota. Namun tidak selamanya uang tersedia untuk memenuhi gaya hidupnya, apa lagi ia tidak bekerja.

“Akhirnya terbersit dipikiran : mendingan merampok. Jadi saya merampok taksi, saya menyiapkan pisau, menyiapkan tali, kalau memang perlu saya pikir saya akan cekik lehernya, atau saya tusuk dari belakang kalau melawan.”

Hans melakukan aksinya di malam hari, dia naik taksi dan minta diantarkan ke suatu tempat yang melewati tempat sepi. Satu, dua kali ia berhasil melakukan aksinya. Namun keberuntungan tidak selalu berpihak kepadanya, pada perampokannya yang ketiga ia gagal.

“Saya tidak berhasil merampas dompetnya, hanya beberapa duitnya. Saya lari, saya dikejar. Kami kejar-kejaran, di tempat sepi saya ngumpet dipagar rumah yang dari tanaman. Ternyata informasi tentang saya sudah menyebar di tempat itu, tapi saya tidak tahu. Jadi waktu saya keluar, saya pikir aman saja. Tapi ada satu, yang belakangan, pas lihat saya lewat dia curiga. Dia langsung mendekat pada saya dan merangkul saya. Dia bilang: kamu yang dicari tadi ya! Saya langsung di keroyok orang banyak. Saya direbahkan di jalan, di injak, di tendang, di pukul. Ketika orang bilang: matiin aja, dibakar aja! Saya cuman minta ampun sama Tuhan. ‘Tuhan minta ampun, tolong saya, selamatkan saya supaya saya jangan dibunuh!’”

Tuhan mendengar jeritan Hans, tiba-tiba patroli polisi tiba. Ia selamat, namun ia harus menjalani hukumannya dan merasakan dinginnya sel penjara. Beruntung ia memiliki keluarga yang peduli padanya dan mengusahakan supaya dia bisa segera bebas. Namun kebebasan instant bukan mengubah Hans, karena dia kembali lagi kepada kehidupan lamanya. Dan akhirnya kebebasan itu tidak berlangsung lama, ia kembali tertangkap saat menjual narkoba. Kembali, keluarganya berbaik hati mengusakan kebebasannya.

“Setelah keluar dari situ, beberapa bulan setelah itu rasa bersalah dan keinginan mencari Tuhan muncul. Tapi saya terus memendamnya, dan mencari pelarian dengan kembali minum obat dan minum minuman keras. Rupanya itu memperburuk kondisi saya.”

Tanpa ia sadari, narkoba telah menggerus otak dan tubuhnya. Penyakit aneh kini merongrongnya.

“Saya merasa kondisi kepala saya itu tidak normal. Dibagian syaraf  kepala saya itu seperti tarik menarik. Jadi tegang, jadi kram, kepala jadi kaya ngga berasa, saya jadi kaya robot. Orang bilang pengaruh dari obat anjing gila.”

Hingga suatu hari, ia mengalami sebuah peristiwa aneh, “Saya ketemu di kereta dengan iblis. Berbaju hitam, berjubah hitam. Trus dia bilang: kamu akan mati oleh sakitmu!”

Dalam ketakutannya, tiba-tiba Hans diingatkan sesuatu, “Berdasarkan firman yang saya ingat, saya membalik kata-kata iblis itu. Sambil menunjuk kepada dia: Hai iblis! Aku tidak akan mati oleh penyakit ini! Oleh bilur-bilur-Nya aku akan sembuh! Pas saya selesai mengucapkan kata-kata itu, mimpi saya berakhir dan saya bangun.”  

Ternyata semua itu hanyalah mimpi, namun Hans saat itu sadar bahwa Tuhan memberikan pesan yang sangat jelas melalui mimpi itu.

“Saya ingat firman Tuhan yang di mimpi itu. Oh iya ya, saya kan sedang dalam kondisi bergumul dengan penyakit saya. Berarti melalui mimpi itu Tuhan memberi pesan bahwa saya dapat sembuh. Saya ngga akan mati kalau saya percaya. Jadi saya mulai bertindak, saya percaya bahwa ini suara Tuhan untuk saya sehingga saya bisa mengalahkan intimidasi iblis.”

Dengan iman Hans terus mengatakan bahwa oleh bilur-bilur Yesus dia pasti sembuh. Terbukti, enam bulan kemudian ia pulih seperti sedia kala. Saat itulah ia membuat komitmen: “Kalau begitu Tuhan, saya mau mengikuti engkau. Saya mau merubah hidup saya, karena Engkau sudah banyak menolong aku. Engkau sudah banyak berbuat baik kepadaku, Aku mau berubah. Aku mau bertobat, aku tinggalkan masa laluku karena aku mau hidup baru.”

Godaan untuk kembali ke dosa-dosa di masa lalunya bukan berarti hilang, namun komitmennya membuat Hans bisa menolak dengan tegas setiap tawaran yang datang. Jika dulu hidupnya tanpa tujuan, tidak memili arah yang jelas, kini hidupnya memiliki tujuan di dalam Kristus Yesus.

“Saya bersyukur sudah dipulihkan, merasa bahagia dan bersukacita dengan apa yang telah Tuhan percayakan,” demikian Hans menutup kesaksiannya.

Sumber Kesaksian:

Hans Kilapong

Sumber : V110420164836
Halaman :
1

Ikuti Kami