Kisah Nyata Inge Handoko : Putriku Meninggal Dibunuh Orang

Family / 3 August 2012

Kalangan Sendiri

Kisah Nyata Inge Handoko : Putriku Meninggal Dibunuh Orang

Budhi Marpaung Official Writer
18339

Tidak pernah Inge Handoko bayangkan sebuah peristiwa tragis menewaskan putrinya. Apakah motif pelaku melakukan perbuatan keji itu ? Perampokan atau pemerkosaan ?

“Semua bilang, ‘lho Inge kamu kok gak bisa nangis sih ?’ Rupanya air mata saya sudah habis. Tuhan benar-benar memberikan kekuatan,” ungkap Inge Handoko membuka kesaksiannya.

“Di rumah duka itu hampir seluruh keluarga besar kami berkumpul. Di situ saya melihat suami saya depresi sekali. Saya bertanya kepada Tuhan, ‘Tuhan, kenapa kejadian ini terjadi dalam keluarga kami ?’”

“Saya tidak menyangka mama saya begitu tabah, tidak menangis, tidak histeris, seakan-akan ia kuat melihat kenyataan seperti ini,” ujar Wiby Handoko, putra pertama Inge Handoko dan suami.

Kilas Balik di Hari Meninggalnya Happy Handoko

“Hari sabtu, saya dibangunkan malam-malam sama orang tua, katanya ada telepon, Happy kecelakaan gitu lho. ‘Dimana?’ di Green Garden. Saya berangkat ke lokasi, langsung ke Green Garden. Setelah ke situ, melihat adik saya, kondisinya di mobil lemes. Kami bawa ke Graha Medika. Sampai Graha Medika memang udah gak ada,” tutur Wiby. 

Menguburkan Happy Handoko

Handai taulan dan kerabat serta teman-teman mereka mencoba memberikan penghiburan kepada keluarga Handoko.

“Tuhan akan memberikan segala sesuatunya indah, hati sangat berontak lho waktu itu. Suami saya katakan ‘apanya yang indah? anak meninggal begini kok indah’. ‘Kuat ya, kuat ya, kita harus menang katanya.’ Saya pikir ‘menang apanya?’ keadaan seperti ini kita harus kuat, bagaimana gitu lho,”

Dengan hati yang hancur keluarga menghantarkan Happy ke tempat peristirahatannya yang terakhir. “Sepanjang jalan kami membisu, gak bisa bicara apa-apa. Saya hanya melihat suami saya sepanjang jalan mengeluarkan air mata, menangis, menjadi momen yang sangat menyiksa hati kami. Disitu saya tidak dapat menahan air mata saya”

“Saya melihat suami saya juga, untuk terakhir kalinya kami melihat putri terkasih kami itu. Saya gak bisa bayangkan bagaimana itu bisa terjadi. Kami rasanya tidak tahu bagaimana kami harus menjalani hari kami yang baru tanpa anak kami itu.”

“Hampir setiap malam itu saya sulit tidur. Seperti terbayang di televisi saja, anak ini pulang sekolah, main di kamar saya. Bercanda, begitu membuat saya sangat menderita itu. Saya berdoa ‘Tuhan kapan ini selesai ?’ Saya katakan ‘Tuhan tolong keluarga kami. Kuatkan saya melewati masa-masa krisis ini’”.

Pelaku tertangkap

Pihak kepolisian akhirnya berhasil mengungkap dan menangkap si pelaku, hingga motif sebenarnya pun terungkap. “Anak kami meninggal karena dibunuh. Begitu anak saya meninggal, anak ini ditangkap polisi dan dia mengaku bahwa sebenarnya dia bukannya mau membunuh, tetapi mau memerkosa,”

“Disitu kami baru tahu bahwa memang dia sudah merencanakan itu. Dia menjemput anak saya kemudian mobilnya berhenti di tengah jalan itu alasannya ban kempos,”

“Lalu dibuat skenario ada dua orang yang merampok mereka. Yang satu menodong pisau, yang satu mendekap adik saya dengan cairan clorofoam. Mungkin karena mendekapnya terlalu lama, dia overdosis, langsung adik saya meninggal di tempat,”

Keluarga Ingin Hukum Berat Pelaku

Kesedihan mendalam yang hinggap dalam diri Inge Handoko membuat mereka berusaha keras agar sang pembunuh anggota keluarga mereka dihukum seberat-beratnya oleh pengadilan.

Hukuman penjara yang diterima oleh Teddy – pelaku pembunuhan Happy – pun dianggap belum lah sesuai dengan apa yang dilakukan olehnya. Oleh sebab itu, mereka pun mencoba dengan berbagai macam cara agar pelaku mendapat hukuman setimpal seperti apa yang mereka mau.

Di saat sedang memikirkan cara memberikan sanksi hukum seberat-beratnya, ayah Teddy datang mengunjungi keluarga Handoko. Dalam pertemuan itu, orang tua pelaku meminta agar keluarga Handoko mau berkenan meringankan hukuman kepada putranya.

Tentu saja permintaan itu ditolak oleh keluarga Handoko.

Mengampuni Pembunuh Happy

Walau hukum telah berjalan bagi kasus pembunuhan Happy, keluarga Handoko tetap tidak merasakan kedamaian. Hari-hari mereka penuh dengan kemarahan. Sampai suatu saat, Wiby menemukan sesuatu yang luar biasa ketika sedang mengikuti suatu ibadah.

Hari itu, khotbah yang disampaikan sang pendeta manantangnya untuk melepaskan pengampunan kepada orang lain. Merasa bahwa ini bukan hanya untuk dirinya, Wiby pun membagikan pesan tersebut kepada ibunya – Inge Handoko.

Mendengar ini, Inge awalnya merasa biasa saja. Menurutnya, dengan ia dan keluarga tidak melakukan pembalasan dendam kepada Teddy, itu sama saja dengan mereka telah mengampuni Teddy.

Namun, perkataan yang didengar oleh anak sulungnya tersebut lambat laun membuatnya tertegun. Inge merasa bahwa doa-doanya selama ini ia panjatkan kepada Tuhan seperti tidak dijawab ada kaitannya dengan pengampunan ia dan keluarga yang belum sepenuhnya diberikan kepada Teddy.

Pada waktu yang sudah ia tentukan, Inge akhirnya menyampaikan apa yang ia pernah dengar dari Weby, anaknya kepada sang suami. Sungguh luar biasa, di luar dugaan, permintaan untuk bertemu dengan keluarga Teddy pun disetujui suaminya.

Singkat kisah, kedua keluarga pun bertemu di rumah keluarga Handoko. Keluarga pelaku yang diwakilkan oleh ayah dan sang nenek berbicara dari hati ke hati dengan sang pelaku.

Tanpa diketahui oleh keluarga Handoko, Ayah dan nenek dari Teddy mengajak Teddy ke dalam pertemuan itu.

Melihat Teddy di depan mata mereka, seluruh badan sang suami istri ini kaku. Tangan mereka pun seperti tidak bisa bergerak untuk sesaat. Namun, ini tak berlangsung lama.

Suami Inge berdiri dari tempat duduknya dan berjalan mendatangi tempat dimana Teddy berdiri. Ketika mereka saling bertatap muka, suami Inge memeluk dan menyatakan telah mengampuni perbuatan yang ia lakukan kepada putrinya. Tindakan ini pun diikuti kemudian oleh Inge.

“Saya memeluk dia dengan kasih seorang ibu”

“Seperti beban yang telah terangkat. Kemudian kami meminta adik saya sebagai lawyer membuat surat pengampunan bahwa keluarga kami mencabut tuntutan itu”

Kehidupan Setelah Mengampuni Pelaku

Pengampunan yang tulus telah membuat hidup mereka berubah 180 derajat. “Yang tadinya hidup kami mengalami depresi luar biasa. Tuhan memulihkan keluarga kami dengan sukacita dan damai sejahtera”

“Saya melihat di dalam pengampunan selain kita berbuat bagi, menolong orang, kita juga belajar melangkah untuk menjadi pelaku firman. Tapi yang terutama relationship kita dipulihkan sama Tuhan. Dan kalau orang bilang segala sesuatu indah pada waktunya, kami marah saat itu. Tapi sekarang saya bisa merasakan keindahan daripada itu dimana Tuhan memakai keluarga kami selalu menolong untuk kuasa pengampunan,” tutup Inge Handoko.

Sumber Kesaksian :

Inge Handoko

Sumber : V110208133456
Halaman :
1

Ikuti Kami