Memegang Kendali, Kunci Kepuasan Sex

Marriage / 25 July 2012

Kalangan Sendiri

Memegang Kendali, Kunci Kepuasan Sex

Puji Astuti Official Writer
7606

1 Tesalonika 4:3-6

Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan, bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah, dan supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya. Karena Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini, seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu kepadamu.

Kunci hidup dalam kepuasan, terlebih khusus dalam sex adalah pada pengendalian diri. Namun dalam hal ini, pengendalian diri bukan mengacu pada kemampuan sendiri, namun bagaimana seseorang bisa menyerahkan hidupnya dalam kuasa Roh Kudus.

Paulus dalam surat kepada jemaat di Tesalonika menyarankan agar seorang pria untuk memiliki istri, dalam hal ini “memiliki” bukan bicara tentang menguasai atau mengendalikan istri, tetapi sebaliknya adalah bagaimana seorang pria mengendalikan dirinya, dalam hal ini hawa nafsunya dalam pernikahan yang kudus.

Hal ini secara konsisten Paulus nyatakan dalam 1 Korintus 9:24-27, tentang bagaimana seorang olahragawan mengendalikan diri dan melatih dirinya.

Sex yang kudus berada dalam batasan

Di ayat 6 di atas dinyatakan : supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya. Paulus menggunakan kata “saudara” untuk mengacu kepada baik perempuan maupun laki-laki untuk tidak mengeksploitasi saudaranya. Hawa nafsu selalu mengacu pada mencari kepuasan diri sendiri, hal itu mengakibatkan ada pihak lain yang dieksploitasi, bahkan termasuk istri atau suami.

Tindakan imoralitas terjadi saat eksploitasi dilakukan, dan hal itu kembali lagi dipicu oleh hawa nafsu yang tidak terkendali. Hubungan yang sehat dan kudus terjadi secara dua arah. Hal ini jelas tertulis dalam 1 Korintus 7: 2-5, suami memiliki kewajiban terhadap istri dan sebaliknya istri pun memiliki kewajiban terhadap suami. Tidak ada salah satu yang menguasai yang lain, sebaliknya suami sebagai pribadi yang kuat harus mengasihi istrinya yang lebih lemah. Hal ini berlaku dalam segala bidang, termasuk masalah sexual.

Otoritas yang dimiliki oleh seorang suami, tidak boleh digunakan untuk memaksa istri untuk melakukan sesuatu yang ia tidak mau lakukan karena di luar batas hati nuraninya. Untuk itulah seorang suami perlu berlaku bijaksana terhadap istrinya.

Untuk itu, pada akhirnya kita harus memperhatikan pesan dari Rasul Petrus ini :

Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang. ~ 1 Petrus 3:7

Istri bukanlah obyek pemuas nafsu, istri adalah pasangan yang Tuhan berikan sebagai seorang mitra, teman dan sahabat. Suami sebagai pribadi yang lebih kuat harus mengayomi istri dengan penuh kebijaksanaan, dan memperlakukannya dengan kasih dan hormat sebagai teman pewaris dari kasih karunia Tuhan, yaitu kehidupan yang Tuhan anugrahkan.

Baca juga artikel lainnya :

Sumber : http://bible.org | Jawaban.com | Puji Astuti
Halaman :
1

Ikuti Kami