Kisah Tukang Bersih Sekolah yang Bisa Kuliah di Harvard (1/2)

Nasional / 10 June 2012

Kalangan Sendiri

Kisah Tukang Bersih Sekolah yang Bisa Kuliah di Harvard (1/2)

Lois Official Writer
6562

Sebelum matahari terbit, Dawn Loggins, yang bekerja sebagai pembersih di Sekolah Burns High sudah membersihkan semua kelas sebelum pelajaran dimulai. Dia merupakan senior di sekolah itu dengan hasil ujiannya bernilai A semua. Dengan rajin, dia mengerjakan tugas-tugasnya, baik tugasnya sebagai siswa maupun tugasnya sebagai tukang bersih sekolah.

Saat memasuki ajaran sekolah, dia tidak punya tempat tinggal karena ditinggalkan oleh kedua orangtuanya yang pecandu narkoba. Dia kemudian diajak tinggal bersama temannya. Di sana, dia beradaptasi sebisa mungkin. Dawn bahkan terkadang tidak mau tidur di sofa, tempat tidurnya di rumah tersebut, tapi di lantai.

Para guru dan yang lainnya setelah mengetahui hal itu mendonasikan pakaian, obat medis ringan, dan juga perawatan gigi. Dia mendapatkan pekerjaan sebagai pembersih sekolah melalui program sebagai asisten di sekolah itu. Dia sangat bersyukur dapat bekerja. Meskipun begitu, di balik dinding sekolah Burns, dia punya mimpi yang lebih besar. Dia melamar di empat tempat kuliah di Carolina Utara dan satu universitas impiannya.

Saat usianya baru 12 tahun, Dawn sempat tinggal dengan neneknya. Neneknya sangat baik. Mereka setiap hari akan menonton acara History Channel dan berbincang mengenai acaranya. Namun, sayangnya, neneknya tidak mengajarinya tentang kebersihan. Kecoa merupakan binatang yang biasa berkeliaran di rumah neneknya, sampah bertumpuk-tumpuk sehingga seringkali diinjak olehnya. Bahkan, selama 2 bulan Dawn tidak pernah mandi. Dan pada waktu itu, Dawn tidak tahu bahwa hal itu tidak normal. Namun, anak-anak lainnya semuanya mengejeknya. Hal itu meninggalkan luka yang dalam di hatinya.

Saat masih tinggal bersama orangtuanya, Dawn tinggal di rumah yang tanpa listrik dan tanpa air. Berhari-hari, kadang berminggu-minggu dia tidak mandi. Dia dan saudaranya Shane, harus berjalan 20 menit ke tempat umum untuk mengambil air. “Kami akan mengambil air dan memenuhi tempat yang kami bawa dari taman. Kami gunakan air itu untuk menyiram toilet atau memasak atau hal-hal lainnya,” katanya. Burns High merupakan sekolah keempat mereka sejak SMP, karena mereka pindah dari kota ke kota.

Beruntung, ada orang-orang yang memperhatikan mereka. Karena tidak ada listrik, susah bagi mereka untuk mengerjakan PR, supervisor Burns yang bertanggung jawab atas Dawn, memberikan lilin. Bahkan, Dawn diundang untuk hadir dalam program musim panas yang prestisius, program untuk anak-anak yang bernilai tinggi. Saat program itu berlangsung, Dawn sempat berbincang-bincang dengan orangtuanya. Ternyata, itulah terakhir kalinya dia berbicara dengan orangtuanya.

“Saya tidak marah dengan orangtua saya. Saya tahu bahwa mereka punya masalah mereka sendiri dan mereka perlu menyelesaikannya. Mereka meninggalkan saya karena mereka pikir itulah yang terbaik. Mereka mencintai saya, hanya saja tidak mereka tunjukkan sebagaimana layaknya orang biasa tunjukkan.” Kata Dawn mengenai sikap orangtuanya.

Dawn, seorang gadis muda yang tangguh, dia mengajarkan kepada kita tentang perjuangan. Dia mengajarkan kita tentang pengampunan, dan dia terus menatap masa depannya.

Baca kelanjutannya di sini. 

 

Baca Juga :

Kebakaran Terjadi, Ibu dan Dua Anaknya Berpelukan

Sho Yano, Dokter yang Berusia 21 Tahun

Lagu Rap Keren : Putih Abu-Abu


Sumber : cnn by lois horiyanti/jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami