Pemerintah berencana untuk menyatukan zona waktu di Indonesia. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar waktu yang dipakai dapat lebih produktif. Namun, hal ini ditentang oleh Jusuf Kalla (JK), mantan wakil Presiden. Dia menolak rencana tersebut karena menurutnya, penyatuan waktu justru akan merugikan penduduk Indonesia yang berada di bagian barat.
“Pembangunan zona waktu itu berdasarkan gerakan alam jadi jika disatukan ada beberapa wilayah yang masih gelap tapi waktu sudah menunjukkan waktu berbeda,” kata JK di kantor Palang Merah Indonesia. Ia mencontohkan Aceh yang harus menyesuaikan waktu 1.5 jam. Siswa sekolah harus berangkat saat masih gelap dan itu membahayakan, apalagi jika berada di daerah pedalaman. Hal ini juga akan mengubah gaya hidup masyarakat.
JK juga mengkritisi pendapat yang menyebutkan jika zona waktu disatukan akan lebih produktif. Ia mengambil contoh di Amerika yang memiliki enam zona waktu namun tetap produktif. “Alasan yang menyebutkan penyatuan waktu akan menghemat energi, tidak benar karena gedung-gedung dan rumah harus menyalakan lampu saat bangun karena kondisi masih gelap, begitu juga minyak tanah untuk obor makin dibutuhkan,” katanya. Karena itu, menurutnya, cara mengatasi perbedaan waktu bisa diatasi dengan kecanggihan teknologi.
Di dalam dunia ini, ada banyak zona waktu yang berbeda-beda tergantung dari rotasi matahari sehingga manusia menentukannya menjadi waktu yang efektif buat melakukan segala aktivitasnya dan waktu yang tepat untuk beristirahat.
Baca Juga :
Bocah yang Mampu Membuka Pintu Hati
Film Soegija Membawa Pesan Nasionalisme Bukan Dakwah
Orangtua Ingin Bercerai, Harus Bagaimana?