Mengenali Tahapan Konflik Dalam Pernikahan

Marriage / 26 May 2012

Kalangan Sendiri

Mengenali Tahapan Konflik Dalam Pernikahan

Lestari99 Official Writer
7326

Satu fakta yang perlu dipahami pasangan yang berencana untuk menikah adalah pernikahan tidak akan menyelesaikan berbagai konflik dalam hubungan yang muncul saat berpacaran. Kehidupan pernikahan tak selalu berjalan mulus dan membahagiakan. Bahkan ada konsultan pernikahan yang berani mengklaim bahwa 100% kehidupan pernikahan akan berada dalam masalah. Karena pada dasarnya tidak ada pernikahan yang murni tanpa masalah. Semua pasangan pasti pernah mengalami masalah satu sama lain. Namun penyelesaiannya tergantung pada ego dan kedewasaan pasangan.

Konflik sebenarnya dapat diasumsikan sebagai perbedaan pendapat yang dibarengi dengan rasa marah dan kecewa pada pasangan. Di dalam pernikahan, pasangan biasanya akan mengalami 4 stadium kondlik:

Stadium #1: Bisa dikatakan sebagai konflik awal yang biasa dihadapi pasangan. Uniknya, konflik-konflik ini sudah dialami sejak di malam pertama pernikahan untuk berbagai hal yang sebenarnya sepele. Namun rasa cinta yang sangat besar pada pasangan membuat konflik ini hanya dianggap remeh, dan belum akan mengurangi rasa cinta terhadap pasangan. Perbedaan pendapat biasanya akan cepat selesai karena salah satu pihak akan mengalah dan menuruti keinginan pasangannya. Selain itu masalah cepat selesai karena salah satu pihak tidak berani mencoba mengomunikasikan konflik karena kuatir akan menyulut amarah pasangan. Stigma bahwa pernikahan bahagia adalah pernikahan yang bebas konflik membuat banyak pasangan memilih mengalah daripada membuat masalah jadi lebih besar.

Stadium #2: Tahap ini biasanya terjadi pada tahun-tahun awal pernikahan. Pada stadium ini pasangan akan lebih ekspresif dalam mengomunikasikan perasaan dan keinginannya. Di tingkat ini wanita biasanya lebih suka menyampaikan perasaannya melalui bahasa tubuh yang eksplisit seperti menyindir, sering ngomel, jutek atau menunjukkan sikap tubuh tanda tidak suka. Dalam stadium ini pasangan yang berkonflik juga sudah mulai menunjukkan ketidaksepakatan dengan cara membuat kerusakan, misalnya dengan memecahkan barang-baranh atau bahkan melalui kekerasan fisik.

Stadium #3: konflik yang terjadi pada tahap ini sudah membuat salah satu pasangan mulai berpikir untuk melirik orang lain. Rasa tidak nyaman dengan pasangan membuat mereka mulai mencari pelarian dan berlindung pada orang yang bisa memberikan kenyamanan bagi mereka, sehingga orang tersebut pada akhirnya menjadi pria maupun wanita idaman lain. Pada tahap ini, PIL dan WIL bukan satu-satunya sarana pelarian pasangan. Cara lain untuk melarikan diri dari konflik adalah dengan bekerja lebih keras (workaholic), lebih senang bekerja di kantor dibandingkan berada di rumah. Lebih sering mengikuti arisan atau ajang perkumpulan lainnya juga bisa menjadi pertanda. Karena seringkali orang mencoba melarikan diri dengan menyibukkan diri melalui berbagai kegiatan agar tak terlalu sering bertemu dengan pasangannya di rumah.

Stadium #4: Konflik di stadium ini merupakan tingkat paling parah dalam suatu hubungan pernikahan. Konflik yang dialami di tahap ini sudah memasuki tahap gugatan cerai karena pernikahan dirasa sudah sulit dipertahankan dan diperbaiki. Selain melalui introspeksi diri dan bersikap jujur dengan perasaan masing-masing, pasangan akan membutuhkan keajaiban agar dapat memperbaiki hubungannya. Campur tangan Tuhan dalam tahap ini mutlak diperlukan karena hanya Tuhan yang sanggup mengubah sikap hati ketika Anda berdua sebagai pasangan suami istri dengan rendah hati memilih untuk menundukkan diri di hadapan Tuhan.

Berdoa dan mencoba memperbaiki diri menjadi lebih baik merupakan salah satu cara untuk memperbaiki hubungan. Selain itu dengan berfokus untuk melakukan kebajikan kepada orang lain akan membantu Anda dan pasangan untuk bisa membuka hati agar dapat menemukan cinta.

 

Baca Juga:

Sumber : kompas
Halaman :
1

Ikuti Kami