R.A Kartini, Perjuangan Wanita Melawan Sebuah Sistem

Film Review / 19 April 2012

Kalangan Sendiri

R.A Kartini, Perjuangan Wanita Melawan Sebuah Sistem

Puji Astuti Official Writer
10046

Jelang peringatan hari Kartini pada 21 April nanti, tidak ada salahnya kita mengingat sosok wanita yang menjadi tokoh pejuang hak-hak kaum wanita Indonesia melalui film berjudul R.A Kartini yang disutradarai oleh Sjuman Djaya. Film yang dibuat pada tahun 1982 ini merupakan salah satu film klasik Indonesia yang pernah menyabet 9 piala Citra di tahun 1983.

Permulaan film dimulai dari kisah kelahiran Kartini yang merupakan anak dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dari istri pertama, M.A Ngasirah. Karena Ngasirah bukan berasal dari kalangan ningrat, R.M Adipati Ario Sosroningrat menikahi Raden Adjeng Woerjan, sehingga ayah Kartini tersebut bisa mewarisi kedudukan sebagai bupati Jepara.

Penggambaran bagaimana pemisahan antara ibu Kartini yang bukan dari kalangan ningrat terlihat jelas sehingga membuat Kartini kecil mempertanyakan kondisi tersebut. Sang ibu dengan bahasa kromo inggil tidak menjelaskannya, hanya memberitahu Kartini bahwa saat ia dewasa nanti maka dirinya akan mengerti.

Sjuman Djaya yang juga penulis cerita ini menggambarkan rasa ingin tahu Kartini dengan pandangan matanya yang tajam. Hal ini menjadi jembatan untuk menggambarkan bertumbuhnya usia Kartini, yang semakin dewasa tampak jadi pribadi yang cerdas dan lembut. Pergaulan Kartini dengan orang Belanda semakin membuatnya mempertanyakan budaya Jawa yang mengekang perempuan.

Ketika Kartini dinikahkan dengan Bupati Rembang Djojoadinigrat tampak jelas bahwa konflik sebenarnya mulai muncul. Kartini saat itu dipojokkan oleh situasi untuk mengerti sakitnya sebuah kehidupan poligami yang juga dirasakan sang ibu. Namun pada satu titik, ia mengerti bahwa musuh sebenarnya bukanlah sang suami ataupun istri-istri sang bupati, tapi sistem yang membuat semua itu terjadi. Ia berharap suaminya dapat mengerti jalan pikirannya dan dapat membantunya mengubah sistem itu sehingga anak-anak mereka nanti tidak perlu mengalami nasib yang sama.

Jenny Rachman yang memerankan Kartini dewasa dalam film ini tampak luwes, demikian juga Nani Wijaya yang memerankan ibu kandung Kartini begitu menghayati dan dapat mengungkapkan bagaimana rasa frustrasinya yang terpendam sebagai istri dan ibu dengan status sosial yang berbeda.

Secara keseluruhan, film yang menyajikan kisah kehidupan Kartini mulai dari hari lahirnya hingga ia menghembuskan nafasnya yang terakhir tersebut sangat apik secara penuturan, walaupun memang dengan durasi yang mencapai 127 menit film ini terasa sangat panjang. Tetapi jika Anda ingin tahu tentang sosok Raden Ajeng Kartini maka film ini dapat memperkenalkan Anda pada dirinya dan sekilas tentang pemikiran-pemikirannya. Jika Anda ingin menontonnya film ini ada di Koleksi Sinematek Indonesia, namun jika Anda ingin cara yang lebih mudah bisa dilihat di YouTube. Selamat hari Kartini.

Sumber : Jawaban.com | Puji Astuti
Halaman :
1

Ikuti Kami