Touring dengan Motor yang Mendatangkan Tabrakan Maut

Family / 18 April 2012

Kalangan Sendiri

Touring dengan Motor yang Mendatangkan Tabrakan Maut

Lois Official Writer
11287

“Saya menyukai motor besar sejak kecil dan beberapa kali apabila istri saya memiliki waktu, pasti saya akan ajak.” kata Djonnie Rahmat, suami Agustine Mahanani. Mereka ikut touring dan menikmati daerah-daerah yang dilewati. Suatu hari, Djonnie lengah sehingga tidak menyadari ada tikungan tajam. Dia berusaha mengurangi kecepatan dan mencoba membelok kiri, namun tak berhasil. Ada motor yang menabrak kaki kiri Agustine dan ada beberapa yang patah.

Tak lama setelah itu, Agustine mengalami sesak nafas. Bagian kaki yang patah itu menusuk sehingga menghalangi proses pernafasan. Ekor pankreas pecah, limpa pecah, dan juga ada memar sehingga menurut dokter harus ditangani secara cepat. Saat itu, Agustine harus berjuang mempertahankan hidupnya, namun dia pikir waktunya tinggal sedikit di dunia ini.

Agar bisa segera diselamatkan, Agustine dilarikan ke Medan. Malam itu juga, limpanya sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Karena itulah, limpanya kemudian diangkat. Setelah dioperasi, gangguan lain dialami oleh Agustine. Dia melihat banyak mata di ruangan itu. “Saya bukan berperang melawan rasa sakit, tapi saya berperang melawan kuasa maut.” jelasnya mengenai kejadian itu. Keadaan itu memperparah kondisi Agustine. Dia akhirnya harus dipindahkan ke Singapura.

Di tengah beratnya perjuangan yang harus dilalui Agustine, sang suami merasa salut akan keteguhannya untuk bertahan hidup. Agustine sendiri yang merasa jasmaninya memang sangat lemah, dia mulai memanggil nama Yesus. “Tuhan, tolong saya. Tuhan, tolong saya…Ketika saya menyatakan ketidakmampuan saya, di situ Tuhan tolong saya.” tegas Agustine.

Ketika kondisi Agustine mulai stabil, cobaan lainnya datang. Saat itu, Djonnie hendak pulang ke Indonesia. Dokter kemudian mendiagnosa bahwa ada pembengkakan pembuluh darah di dalam liver Agustine sehingga harus segera dioperasi. Tapi Agustine menguatkan Djonnie dan mengijinkan dia untuk tetap pulang. Di taksi, Djonnie menangis mengingat rasa sakit istrinya itu. Di tengah kegalauannya, Djonnie yang dalam perjalanan ke airport mengingat sebuah lagu. Dia pun menelepon istrinya.

“Papa teringat sebuah lagu, mama mau dengar ga?” tanya Djonnie melalui hubungan telepon itu. Dia pun kemudian menyanyikan lagu tersebut. “Kubersyukur kepada-Mu, sumber pengharapanku…” salah satu lirik lagu itu berbunyi. “Sumber pengharapanku hanya Engkau Tuhan…Di situ saya kuat lagi…” kata Agustine.

Saat masuk ke ruang operasi, entah mengapa bius lokal saat itu terasa sakit. Padahal biasanya, tak ada rasa sakit. “Sakit sekaliii, sampai di ruang operasi itu saya teriak ‘Yesus, Yesus, tolong aku. Aku udah ga kuat Yesus…’ Saya teriak begitu” kata Agustine

Di tengah operasi, dokter tiba-tiba menemukan ada dua pembuluh darah yang pecah. Jika operasi dilanjutkan, hal ini dikuatirkan akan ada pembuluh darah lagi yang pecah. Agustine yang dibius lokal dan masih sadar itupun diberitahu. Saat itu, operasi dihentikan.

Agustine kembali datang kepada Tuhan melalui doa-doanya. Di situ Tuhan mengingatkan dia bahwa masih banyak hal-hal yang belum dilakukan. “Kalau boleh Tuhan, beri saya kesempatan sekali saya. Kalau Tuhan sembuhkan saya, saya akan bekerja buat Tuhan.” Mereka lalu berkumpul bersama sekeluarga, bergandengan tangan, dan berseru kepada Tuhan.

Agustine kembali teringat masa lalu, sebelum kecelakaan itu menimpa hidupnya. Mereka sekeluarga adalah orang yang punya kesibukan masing-masing. Suami sibuk di kantor, anak-anak punya segudang aktivitas sehingga mereka jarang bertemu dan berkumpul bersama. Namun di saat Agustine mengalami kecelakaan dan mereka bergandengan tangan dan berdoa kepada Tuhan, dia baru menyadari bahwa itulah yang Tuhan inginkan dalam hidup mereka sekeluarga.

“Ada kesatuan hati di dalamnya, ada kasih di dalamnya, suatu yang mungkin sudah lama tidak saya rasakan.” kata Agustine. Tidak hanya iman Agustine yang bangkit. Iman suami, anak-anaknya, bahkan menantunya pun ikut bangkit. Setiap kali datang ataupun pulang, Agustine akan didoakan. Selain itu, perhatian dari suaminya sungguh luar biasa.

Agustine ingat akan janji Tuhan dimana ada dua atau tiga orang berkumpul, kuasa Tuhan akan dinyatakan. “Yang ada pada kami lebih dari tiga orang Tuhan…Karena itu saya klaim kembali janji Tuhan. Saya tidak mau dilakukan operasi lagi, karena saya pegang janji Tuhan itu.” Lalu apakah yang terjadi? Bisakah Agustine sembuh tanpa didoakan?

Ternyata perkembangan kesehatan Agustine berjalan lancar. Dia mulai mau makan dan raut mukanya makin segar. Perkembangan kesehatannya begitu luar biasa dan mereka sangat bersyukur. Dia bahkan bisa berjalan tanpa alat bantu.

Sejak saat itu, ada sukacita di dalam keluarga mereka. Ada ikatan kasih di dalam keluarga mereka. “Yang saya lihat di sini, kita harus mempunyai iman. Keyakinan bahwa Tuhan itu ada untuk menolong kita.” Kata Djonnie. “Yesus itu luar biasa bagiku. Pengorbanan-Nya di atas kayu salib itu sebagai bukti bahwa Dia mau mengangkat segala dosa kita, sakit penyakit saya termasuk di dalamnya, mujizat-Nya nyata bagiku dan bagi semua kita.” akhir kesaksian Agustine.

Yesus pernah katakan di dalam Alkitab bahwa jika kita punya iman sebesar biji sesawi saja, biji yang paling kecil yang ada di dunia ini, maka kita dapat memindahkan gunung. Punyailah iman dan pengharapan di dalam Yesus atas setiap permasalahan yang dihadapi dan Yesus akan membereskannya.


Sumber Kesaksian :
Agustine
Sumber : V120206202412
Halaman :
1

Ikuti Kami