Murid 1 SD Diajarkan Kekerasan dan Tipuan Menggunakan Perempuan

Nasional / 12 April 2012

Kalangan Sendiri

Murid 1 SD Diajarkan Kekerasan dan Tipuan Menggunakan Perempuan

Budhi Marpaung Official Writer
7180

Jika di buku Pendidikan Lingkungan dan Budaya Jakarta (PLBJ) kelas 2 terbitan CV Media Kreasi terdapat kisah istri simpanan, di buku PLBJ kelas 1 terbitan PT Tiga Serangkai Putra Mandiri juga terdapat bacaan yang tidak cocok untuk anak kecil ini.

Pada bab 11 halaman 77-84 buku tersebut, tercantum kisah 'cerita rakyat Si Angkri'. Cerita ini mengisahkan Angkri, jawara Betawi yang menjalankan tipu muslihat dan kekerasan untuk menggapai cita-citanya.

Seperti yang dilansir Merdeka online, kisah ini bermula ketika Angkri yang jatuh miskin akibat terus kalah berjudi berniat menjadi bek (centeng) dari juragan Tabrani. Namun dia harus menyingkirkan bek Asan, centeng yang sudah dimiliki oleh Tabrani.

"Aduh pegimane ya... kalau elo mau jadi bek gue kan udah ade bang asan..." kata juragan Tabrani dalam dialog sandiwara yang tertulis di buku tersebut.

"Ya ude deh itu urusan gampang serahin ama aye," sahut Angkri.

Angkri pun mengirim dua preman bayaran untuk membunuh Asan. "elo bikin bang asan kapok, libas die... biar die kapok. Kalau die mati gue bisa gantiin jadi beknya juragan tabrani." 

Singkat cerita, duel berlangsung, tapi dua preman bayaran Angkri kalah. Asan pun meminta pendapat gurunya bagaimana cara untuk membalas kelakuan Angkri. Atas saran gurunya, Asan diminta menggunakan perempuan untuk memperdaya Angkri.

"Udah deh San ... pancing aje die ame perempuan.... ntar kalau die keluar ... beri die pelajaran," saran sang guru.

Sungguh sedih mengetahui bahwa dari sejak dini, anak-anak sudah disodorkan dengan pelajaran yang sebenarnya lebih tepat dikhususkan kepada remaja/dewasa seperti ini. Anehnya, pihak sekolah memperbolehkan buku bermateri tersebut untuk diajarkan kepada anak didiknya. Menjadi pertanyaan, apakah pihak sekolah tidak menyeleksi dengan ketat materi-materi buku pelajaran yang dibagikan di sekolah mereka? Jika pun sudah, mengapa materi-materi seperti ini bisa lolos dari pemeriksaan mereka?

Untuk sekarang, pihak sekolah mungkin bisa berdalih mereka khilaf, tetapi di masa mendatang apabila ini terjadi lagi maka ini tidak bisa dijadikan sebagai alasan. Sementara untuk penerbit, kiranya semakin hati-hati dalam menerbitkan sebuah buku bagi anak-anak. Jangan demi keuntungan semata, tanggung jawab mencerdaskan bangsa dinomorduakan. Ingatlah bahwa, bangsa ini ada di tangan mereka, salah-salah memberikan materi pelajaran maka saat besar nanti mereka akan menjadi orang yang berperilaku atau berpikiran salah.

Sumber : merdeka.com, jawaban.com / budhianto marpaung
Halaman :
1

Ikuti Kami